Page 133 - Modul Pengantar Fikih Muamalah
P. 133
a. Terjadi penegasan pembatalan akad dan penetapanya.
b. Berakhirnya batas waktu khiyar.
c. Kerusakan pada objek akad.
d. Adanya penambahan atau pengembangan dalam penguasaan pihak
pembeli baik dari segi jumlah seperti beranak, bertelur atau
mengembang.
e. Shohibul Khiyar meninggal dunia.
4. Khiyar ‘Aib (adanya cacat pada barang), yaitu hak yang dimiliki ‘Aqidain’
untuk tetap melangsungkan atau membatalkan jika ditemukan cacat pada
barang, tetapi pihak lain tidak memberitahukanya.
5. Khiyar Ru’yat (Melihat), yaitu hak untuk melanjutkan atau membatalkan
ketika objek akad tidak ada ditempat, akan tetapi objek akad sudah pernah
dilihatnya dalam batas waktu yang memungkinkan telah terjadi perubahan
pada objek akad tersebut. Konsep ini dikemukakan oleh fuqaha Hanafiyah,
Malikiyah, Hanabilah dan Dhahiriyah dalam hal benda yang ghaib (tidak
ada ditempat) atau benda yang belum pernah diperiksa.
6. Khiyar Naqd (Pembayaran), yaitu jika pihak yang melakukan jual beli
dengan ketentuan pihak pembeli tidakdapat melunasi pembayaran, atau
pihak penjual tidak menyerahkan barang dalam batas waktu tertentu, maka
pihak yang dirugikan berhak untuk mambatalkan atau melanjutkan akad
tersebut.
2. Akad sendiri mempunyai dua jenis yaitu:
1. Akad yang dilakukan untuk tujuan komersil (tijari) atau dapat disebut
dengan akad mu’awadhat.
2. Akad yang dilakukan untuk tujuan sosial (tabarru’) atau dapat disebut
dengan akad ghair mu’awadhat, yaitu akad yang dilakukan satu pihak untuk
menolong pihak lain dan hanya berharap pahala dari Allah SWT. Praktik
akad tabarru dapat ditemui pada akad zakat, infaq, sadaqah, hibah, dan
wakaf, selain itu dapat ditemui pula pada akad qardhul hasan.
129 | MODUL USAS PENGANTAR FIKIH MUAMALAH