Page 50 - MODUL LEVEL DASAR AKUNTANSI BIAYA DAN MANAJEMEN
P. 50
periode tersebut akan sama dengan biaya produksi tetap yang dibebankan oleh
pembiayaan absorpsi (Rp480.000.000). Dengan demikian jumlah seluruh komponen
biaya di laporan laba rugi akan sama persis.
Lain halnya apabila jumlah unit yang terjual tidak sama dengan jumlah unit yang
diproduksi (seperti pada tahun 20x2 dan 20x3). Pada tahun 20x2, laba operasi dengan
metode pembiayaan marjinal lebih kecil sebesar Rp180.000.000 apabila
dibandingkan dengan laba operasi pembiayaan absorpsi. Perlu diingat kembali
bahwa di periode ini, perusahaan tidak mampu menjual seluruh unit yang diproduksi,
sehingga ada sebagian beban produksi tetap di pembiayaan absorpsi yang
ditangguhkan pembebanannya dalam bentuk persediaan akhir (Rp12.000 x
15.000 unit). Hal inilah yang menyebabkan laba operasi 20x2 dengan menggunakan
DOKUMEN
metode pembiayaan absorpsi lebih besar Rp180.000.000 apabila dibandingkan
dengan laba operasi pembiayaan marjinal.
IAI
Sebaliknya berlaku untuk periode 20x3, dimana perusahaan mampu menjual lebih
banyak daripada yang diproduksi. Pada periode seperti ini, tingkat persediaan PT
Bratari akan berkurang, sehingga biaya produksi tetap yang ditangguhkan
pembebanannya (dalam metode pembiayaan absorpsi) pada periode sebelumnya
akan dibebankan pada periode ini. Oleh sebab itu, laba operasi dengan pembiayaan
absorpsi akan lebih kecil daripada laba operasi dengan pembiayaan marjinal. Tabel
di bawah ini menyajikan ringkasan perbedaan antara metode pembiayaan marjinal
dan metode pembiayaan absorpsi.
45