Page 12 - Modul CA - Akuntansi Manajemen Lanjutan (Plus Soal)
P. 12
AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN
Hal yang kedua yang menjadi permasalahan adalah waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan.
Banyak perusahaan saat ini sudah dapat menghasilkan laporan keuangan (laporan posisi keuangan, laporan
laba-rugi komprehensif, dan laporan arus kas) secara bulanan. Keadaan seperti itu kelihatannya baik, namun
tidak mencukupi untuk kebutuhan informasi akuntansi manajemen. Informasi akuntansi yang dilaporkan
secara bulanan bukan merupakan sesuatu yang baik untuk memberikan informasi bagi manajemen. Jika
manajer hanya mendapatkan informasi akuntansi secara bulanan, maka kemungkinan besar informasi
mengenai opportunity yang sebenarnya dapat dimanfaatkan perusahaan sudah menjadi basi saat perusahaan
mengetahui hal tersebut. Hal yang sama berlaku untuk (threat) atau ancaman yang dihadapi perusahaan.
Pada saat ancaman itu diketahui, bisa jadi sudah menjadi masalah yang besar bagi perusahaan. Belum lagi
masalah yang berkaitan dengan umpan balik (feedback). Alangkah ironisnya apa bila feedback mengenai
suatu langkah yang dilakukan oleh perusahaan baru diketahui satu bulan atau satu kuartal kemudian. Hal
ini terlihat jelas dalam konsep mengenai analisis varians dalam topik mengenai biaya standar.
Karena alasan-alasan tersebut, maka sistem akuntansi manajemen menghendaki sistem informasi akuntansi
yang dapat memberikan informasi secepat mungkin, bahkan idealnya sistem informasi tersebut dapat
disajikan secara real-time.
Sistem akuntasi keuangan, pada dasarnya hanya melaporkan sesuatu yang sudah terjadi dimasa lampau.
Sebaliknya sistem informasi akuntansi manajemen menghendaki angka-angka yang berorientasi pada masa
depan. Bahkan pada konsep mengenai relevant cost dikatakan bahwa biaya yang sudah terjadi dimasa lampau
DOKUMEN
atau yang disebut dengan sunk cost sama sekali tidak dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Penekanan pada sistem informasi keuangan ini juga dapat menyebabkan orang-orang yang ada dalam
perusahaan mempergunakan informasi masa lalu untuk pengambilan keputusan masa depan perusahaan,
dengan mengasumsikan bahwa apa yang terjadi di masa lalu akan terjadi lagi di masa mendatang, situasi
ini misalnya dapat terjadi pada saat perusahaan menyusun anggaran, dimana proses penyusunan anggaran
IAI
terutama didasarkan pada informasi historis.
Faktor terakhir yang menyebabkan kedua sistem tersebut harus dipisahkan adalah pada masalah asumsi
penyusunan laporan laba rugi. Dalam sistem informasi akuntansi keuangan, maka laporan laba-rugi harus
disusun berdasarkan konsep full costing atau absorption costing. Dalam konsep ini, secara spesifik untuk
perusahaan manufaktur, semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan akan dikelompokkan menjadi
biaya produk dan biaya periode. Biaya produk adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi produk.
Biaya ini terdiri dari biaya bahan baku langsung atau (direct material), biaya buruh langsung atau (direct
labor), serta biaya overhead pabrik (manufacturing overhead). Biaya tidak secara otomatis akan langsung
masuk ke dalam laporan laba rugi. Biaya ini akan berada dalam persediaan barang dalam proses, apabila
barang belum selesai diproduksi. Biaya ini akan muncul dalam persediaan barang jadi apabila barang tersebut
sudah selesai diproduksi namun belum terjual. Biaya ini hanya akan dimasukkan dalam laporan laba-rugi
apabila barang tersebut sudah terjual, dan akan dimasukkan dalam kategori beban pokok penjualan atau
beban pendapatan.
Kategori biaya kedua dalam konsep full costing ini adalah biaya periode (period cost). Yang dimasukkan
dalam kategori biaya ini adalah semua biaya yang dikeluarkan perusahaan diluar biaya produksi. Dalam
hal ini biaya-biaya tersebut dikelompokkan menjadi beban umum, administrasi, dan penjualan. Kelompok
biaya periode ini akan langsung dibebankan pada laporan laba rugi sesuai dengan periode terjadinya beban
tersebut. Dengan demikian, pengelompokkan biaya menjadi biaya produk dan biaya periode dalam konsep
full costing, merupakan aturan main yang ditetapkan untuk menyusun laporan keuangan perusahaan.
Karena merupakan suatu aturan main, maka konsep full costing tersebut memang dibuat atau disusun untuk
menyusun laporan keuangan perusahaan untuk pihak-pihak di luar perusahaan.
4 Ikatan Akuntan Indonesia