Page 14 - Modul CA - Akuntansi Manajemen Lanjutan (Plus Soal)
P. 14
AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN
3. Tahap Ketiga – Pemisahan antara sistem akuntansi keuangan dan sistem akuntansi manajemen.
Dalam tahap ini, perusahaan memiliki sistem yang terpisah antara akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen
4. Tahap Keempat – Tahap Integrasi. Dalam tahap ini sistem akuntansi akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen disatukan dalam sistem informasi perusahaan yang terintegrasi, seperti dalam
konsep Enterprise Resource Planning (ERP). Dalam konsep ini walaupun terintegrasi, sistem akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen tetap memiliki modul yang berbeda.
1.5 Akuntansi Biaya (Cost Accounting)
Pemahaman mengenai akuntansi biaya (cost accounting), manajemen biaya (cost management), dan
akuntansi manajemen (management accounting) seringkali terlihat tumpang tindih. Hal ini terlihat dari
banyaknya buku yang berjudul cost accounting, ataupun management accounting, ataupun cost management
yang memiliki isi yang kurang lebih sama. Dalam modul ini, ketiga konsep ini akan dibedakan sebagai
berikut:
1. Akuntansi biaya mempelajari perhitungan biaya produksi per unit dengan tujuan untuk memberikan
nilai pada persediaan yang dimiliki perusahaan, dan sekaligus menetapkan nilai beban pokok
DOKUMEN
penjualan pada periode tersebut.
2. Akuntansi manajemen berbicara mengenai bagaimana cara menyediakan informasi akuntansi, serta
teknik-teknik yang dapat dilakukan oleh manajemen dalam proses perencanaan, pengendalian
(termasuk penilaian kinerja), serta pengambilan keputusan.
3. Manajemen biaya, merupakan bagian dari akuntansi manajemen yang bertujuan untuk memberikan
IAI
informasi bagi manajemen agar dapat melakukan pengelolaan biaya perusahaan dengan lebih baik
lagi. Dengan kata lain, tujuan utama dari manajemen biaya adalah efisiensi biaya.
Dalam bukunya Relevant Lost, Kaplan dan Johnson (1987) menceritakan bahwa ilmu akuntansi biaya
berkembang setelah adanya revolusi industri, dimana semakin banyak perusahaan yang menjadi besar.
Ekspansi perusahaan tersebut membuat banyak perusahaan mulai mencari dana dari luar, melalui pinjaman
atau mengeluarkan saham pada publik, untuk mendanai perkembangan perusahaan. Dalam rangka
pencarian dana tersebut, perusahaan membutuhkan laporan keuangan untuk disampaikan pada pihak-
pihak yang berminat untuk mendanai perusahaan, baik itu berupa pemberian pinjaman ataupun investasi
langsung pada perusahaan tersebut.
Secara spesifik, untuk perusahaan manufaktur, perusahaan perlu membagi biaya produksi mereka, yang
terdiri dari bahan baku langsung, buruh langsung, dan overhead pabrik, menjadi proporsi yang akan
dibebankan pada persediaan barang jadi dan persediaan barang dalam proses, serta proporsi yang akan
masuk sebagai beban pokok penjualan. Misalkan, total biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan pada
tahun 2014 adalah Rp800.000.000. Tidak semua biaya produksi tersebut akan langsung dimasukkan dalam
laporan laba-rugi. Dari jumlah tersebut, sebagian biaya produksi dibebankan sebagai biaya produksi dari
persediaan barang dalam proses, sebagian lagi akan dibebankan sebagai biaya produksi dari persediaan
barang jadi. Hanya biaya produksi dari unit yang sudah terjual saja yang akan masuk kedalam laporan laba-
rugi sebagai beban pokok penjualan.
Untuk melakukan pembagian biaya produksi tersebut, diperlukan perhitungan biaya per unit dari masing-
masing produk yang dihasilkan perusahaan. Perhitungan biaya per unit dari biaya langsung, seperti bahan
mentah langsung dan buruh langsung, dapat dilakukan secara akurat untuk masing-masing produk. Namun
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pencatatan biaya overhead pabrik biasanya dilakukan bukan
6 Ikatan Akuntan Indonesia