Page 158 - Modul CA - Akuntansi Manajemen Lanjutan (Plus Soal)
P. 158

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN







            14.5  Penentuan Bonus Pool


            Bonus pool merupakan total jumlah uang yang akan dibagikan sebagai insentif kinerja. Bonus pool ini
            biasanya diakitkan dengan suatu target kinerja perusahaan, misalkan tingkat keuntungan, ROE, EVA, dan
            sebagainya. Misalkan, perusahaan menyatakan akan membagikan 12% dari total keuntungan perusahaan.
            Jika keuntungan perusahaan adalah Rp100.000.000, maka jumlah yang akan dimasukkan dalam bonus pool
            adalah Rp12.000.000.





            14.6  Formula Alokasi

            Setelah bonus pool ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan alokasi bonus pool tersebut pada
            amsing-masing individu. Pada dasarnya terdapat tiga kategori kinerja yang dapat dijadikan sebagai dasar
            penentuan alokasi bonus, yaitu kinerja individu, kinerja departemen, dan kinerja perusahaan. Bobot kinerja
            individu akan besar, apabila pegawai tersebut masih berada pada level yang rendah, namun semakin tinggi
            level pegawai tersebut, bahkan misalnya level direksi, maka bobot kinerja lebih banyak dikatikan dengan
            kinerja perusahaan.


                               DOKUMEN

            14.7  Penggunaan Balanced Scorecard untuk Penilaian Kinerja


            Seperti yang telah dibahas dalam modul sebelumnya, tujuan utama dari balanced scorecard adalah untuk
                                                     IAI
            mengukur kinerja, sebagai alat untuk  diagnostic control system, bukan sebagai alat penilaian kinerja.
            Namun demikian, banyak perusahaan mengalami kesulitan untuk mebuat orang-orang dalam perusahaan
            untuk bekerja sesuai dengan KPI yang diberikan tanpa dikaitkan dengan sistem imbal jasa. Karena itulah,
            perusahaan-perusahaan juga mempergunakan balanced scorecard sebagai dasar penilaian kinerja. Menurut
            Kaplan dan Norton (2001) ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan perusahaan dalam
            mempergunakan balanced scorecard sebagai alat untuk penilaian kinerja, yaitu:

            1.    Kecepatan implementasi
                  Balanced scorecard sebaiknya tidak buru-buru dikaitkan dengan system kompensasi, karena ada
                  kemungkinan kesalahan dalam perancangan  balanced scorecard.  Balanced scorecard sebaiknya
                  dikaitkan dengan system kompensasi, apabila balanced scorecard tersebut benar-benar telah teruji
                  mewakili  strateji perusahaan,
            2.    Subjectivity versus objectivity
                  Tolok ukur yang dipakai untuk dalam system kompensasi sebaiknya bersifat obyektif. Tolok ukur
                  yang berisfat subyektif akan menimbulkan bias dari sisi sang penilai.

            3.    Jumlah pengukuran
                  Jangan mempergunakan tolok ukur yang terlalu banyak. Menurut Kaplan dan Norton (2001), tolok
                  ukur yang dikaitkan dengan system kompensasi perorangan sebaiknya berkisar antara empat sampai
                  tujuh tolok ukur.
            4.    Individual Vs Team
                  Kompensasi yang diberikan secara individu ataupun secara team, masing-masing memiliki kelebihan
                  dan kekurangan. Kompensasi individu akan menimbulkan sikap yang individualistis, sedangkan
                  kompensasi kelompok (team) akan mendorong timbulnya kerja sama, Namun demikian, pemberian
                  kompensasi secara kelompok akan menimbulkan masalah free rider.







     150     Ikatan Akuntan Indonesia
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163