Page 77 - Modul CA - Akuntansi Manajemen Lanjutan (Plus Soal)
P. 77
AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN
baruan penjualan dari masing-masing produk. Hasil;nya adalah rata-rata tertimbang dari marjin
kontribusi untuk kesemua produk tersebut (Weighted Average Contribution Margin).
Tabel berikut ini memberikan contoh cara perhitungan Weighted Average Contribution Margin:
Per Unit Target
Produk Biaya Marjin Bauran Proporsi
Harga Jual
Variabel Kontribusi Penjualan
A 1.000 300 700 6.000 0,6 420
B 2.000 800 1.200 3.000 0,3 360
C 2.500 1.200 1.300 1.000 0,1 130
Weighted Average Contribution Margin 910
Setelah angka tersebut diperoleh, maka analisis CVP dapat dilakukan dengan rumus seperti yang telah
dibahas sebelumnya. Misalkan total biaya tetap perusahaan adalah Rp18.200.000, maka jumlah total unit
barang yang harus dijual adalah Rp18.200.000/910 = 20.000 unit. Dari total penjualan tersebut 12.000 unit
(60%) merupakan target penjualan produk A, 6.000 unit (30%) merupakan target penjualan produk B, dan
2.000 unit (20%) merupakan target penjualan produk C.
DOKUMEN
Bagaimana jika perusahaan memproduksi puluhan atau ratusan produk.Dalam hal ini, perusahaan harus
mengelompokkan produk tersebut berdasarkan kesamaan marjin kontribusi per unitnya.Biasanya produk-
produk yang memiliki kesamaan marjin kontribusi adalah produk-produk yang berasal dari satu lini
produk, walaupun keadaannya tidak selalu begitu. Jika memang produk-produk yang berasal dari satu lini
produk memiliki marjin kontribusi per unit yang sama atau hampir sama, maka produk-produk tersebut
IAI
bisa digabungkan dan dianggap sebagai satu jenis produk tersendiri. Dengan cara ini, maka diharapkan
jumlah kelompok yang dipakai untuk analisis CVP dapat dikurangi
7.6 Identifikasi Biaya Variabel dan Biaya Tetap
Masalah tersulit dalam analisis CVP adalah membagi semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan
menjadi biaya tetap dan biaya varaibel. Analisis CVP tidak mengenal jenis biaya lain, seperti biaya semi
varaibel, step costs, dan sebagainya. Jadi sekali lagi, semua biaya yang dikeluarkan perusahaan semuanya
harus dikelompokkan menjadi biaya tetap maupun biaya varaibel. Masalahnya tidak semua biaya dapat
diklasifikasikan dengan mudah menjadi biaya tetap dan biaya varaibel. Seringkali banyak biaya perusahaan
yang tidak dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Kelompok pertama adalah biaya yang sering disebut sebagai mixed costs. Contoh biaya ini adalah biaya
listrik, air, telepon, dimana biaya-biaya tersebut memiliki unsur biaya tetap dan biaya variabel. Untuk biaya
seperti ini, maka unsur biaya tetap dan biaya varaibel harus dipisahkan. Cara-cara untuk memisahkan
kedua sifat biaya tersebut, antara lain dapat mempergunakan high-low point method atau pemisahan secara
statistik. Disarankan untuk melakukan pemisahan secara statistik, karena pemisahan berdasarkan high-low
point method tidak akan menghasilkan angka pemisahan yang akurat.
Kelompok biaya kedua adalah biaya-biaya yang memang tidak dapat dikelompokkan sebagai biaya tetap ataupun
biaya varaibel. Dalam pembahasan sebelumnya dikatakan dalam analisis CVP, biaya variabel adalah biaya
yang secara total akan meningkat atau menurun secara proporsional sesuai dengan jumlah unit yang terjual.
Karena itu, jika terdapat biaya yang angkanya berubah-ubah, namun perubahan tersebut tidak proporsional
Ikatan Akuntan Indonesia 69