Page 217 - Modul CA - Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat (Plus Soal)
P. 217

ETIKA PROFESI
            DAN TATA KElOlA
            KORPORAT




                                                                                          Kasus
            Pt BaNK MaNDIrI (PErsErO) tBK






            Sejarah Bank Mandiri


            Krisis ekonomi yang melanda di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 mengakibatkan banyak bank di
            Indonesia terpaksa ditutup atau dibekukan kegiatannya oleh pemerintah. Salah satu penyebabnya adalah
            membengkaknya pinjaman luar negeri sampai lebih dari tiga kali lipat karena nilai tukar rupiah yang
            melemah terhadap dollar. Selain itu masalah muncul karena banyak penyaluran kredit yang berindikasi
            KKN. Banyak kredit disalurkan kepada industri terkait yang memiliki hubungan kepemilikan dengan bank
            tersebut. Peyaluran yang berindikasi KKN ini tidak hanya dilakukan oleh perbankan swasta, tetapi bank
            pemerintah (BUMN). Hanya saja, dalam perjalanannya pemerintah lebih cenderung membekukan kegiatan
            perbankan swasta, sedangkan bank pemerintah dilakukan restrukturisasi dengan cara penggabungan
            (merger) dan rekapitalisasi melalui penerbitan obligasi pemerintah untuk menambah modal bank.

            Dalam rangka penggabungan tersebut, akhir Februari 1998, pemerintah mengumumkan rencana
            restrukturisasi bank pemerintah dengan cara penggabungan. Bank pemerintah yang akan digabung adalah
                               DOKUMEN
            Bank Ekspor Impor (Bank Exim), Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), Bank Bumi Daya (BBD), dan
            Bank Dagang Negara (BDN). Tanggal 2 Oktober 1998 gabungan keempat bank pemerintah telah berganti
            nama menjadi Bank Mandiri. Penggabungan seluruh laporan keuangan efektif dilakukan pada akhir Juli
            1999 sekaligus dilakukan pengurangan jumlah kantor cabang dan sumber daya manusia yang ada di empat
            bank tersebut. Dalam proses penggabungan dan pengorganisasian ulang tersebut, jumlah cabang Bank
                                                     IAI
            Mandiri dikurangi sebanyak 194 buah dan karyawannya berkurang dari 26.600 menjadi 17.620.

            Menurut Samosir (2003), dari hasil analisis terhadap kinerja keuangan dan tingkat efisiensi Bank  Mandiri dapat
            ditarik kesimpulan bahwa kinerja Bank  Mandiri sebelum merger menunjukkan sebagai Bank pemerintah
            yang tidak sehat. Hal tersebut dapat diketahui dari tingkat pencapaian Return on Assets (ROA), Return on
            Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), yang menunjukkan keempat Bank BUMN dalam kondisi bangkrut,
            dimana utang yang dimiliki telah melebihi modal berkali-kali. Disamping itu, perbandingan utang terhadap
            aktiva sangat buruk yaitu jumlah utang yang dimiliki tidak dapat dilunasi dengan aset yang ada di empat Bank
            tersebut. Merger yang dilakukan pemerintah terhadap empat Bank tidak sehat merupakan pilihan terakhir
            dibandingkan penutupan (likuidasi) Bank BUMN. Tujuan ini tidak lain menghindari pengeluaran yang lebih
            besar lagi untuk membayar uang para deposan, mencegah terjadinya domino effect seiring krisis ekonomi yang
            berlangsung, dan mencegah bertambahnya jumlah pengangguran.
            Direktur Utama Bank Mandiri yang pertama adalah Robby Djohan. Pada bulan Mei 2000, posisi Djohan
            digantikan ECW Neloe. Neloe menjabat selama lima tahun, sebelum digantikan Agus Martowardojo sebagai
            Direktur Utama sejak Mei 2005. Agus Martowardojo kemudian digantikan oleh Zulkifli Zaini pada Mei 2010
            setelah Agus diangkat menjadi Menteri Keuangan. Pada April 2013 Zulkifli Zaini digantikan oleh Budi Gunadi
            Sadikin untuk periode 2013-2016.

            Sejak tahun 2005, Bank Mandiri berkomitmen untuk menjalankan program transformasi selama 5 tahun
            dengan tujuan untuk membentuk Bank Mandiri menjadi Bank Multispesialis yang dominan. Pada bagian
            berikut dibahas mengenai overview praktik corporate governance (CG) di Bank Mandiri sebelum transformasi
            (pra 2005) dan dampak praktik CG yang lemah terhadap kinerja keuangan dan non-keuangan pada periode
            sebelum Bank Mandiri melakukan transformasi. Kemudian dibahas mengenai proses transformasi CG di Bank
            Mandiri dan overview praktik CG setelah transformasi (pasca 2005). Pada bagian terakhir dibahas mengenai
            dampak transformasi terhadap kinerja keuangan dan non-keuangan di Bank Mandiri.





     208     Ikatan Akuntan Indonesia
   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221   222