Page 35 - MODUL CA - Pelaporan Korporat 2021
P. 35

PENDAHULUAN

                 Modul ini membahas tentang pengertian etika, kode etik akuntan Indonesia, dan etika dalam pelaporan
                 korporat. Modul ini juga membahas tentang pengertian tata kelola, prinsip tata kelola, tanggung jawab
                 dewan, pengungkapan dan transparansi, serta evaluasi mekanisme tata kelola.

                 2.1  ETIKA
                      2.1.1  Pengertian Etika
                            Ethics atau etika memiliki beragam definisi. Wiley (1995) menyebutkan bahwa etika terkait

                             dengan moral, kewajiban, tanggung jawab, dan keadilan sosial.  Kata etika itu sendiri berasal
                             dari kata dalam bahasa Yunani, yaitu “ethikos” dan “ethos”, yang bermakna adat/kebiasaan
                             atau sesuatu yang lazim digunakan/dilakukan (Wiley, 1995). Sementara itu Christensen (1995)
                             menggunakan definisi etika versi  Will Durant, yaitu studi tentang perilaku yang ideal. Les
                             Montja (2016) menyebutkan etika atau filosofi moral adalah sebuah prinsip filosofis kolektif
                             yang mencakup konsep definisi, argumen, serta rekomendasi tentang perilaku yang dianggap
                             baik dan buruk.

                            Selain definisi yang beragam, isu terkait etika juga tidak selalu jelas dan mudah untuk dipahami.
                             Oleh  sebab  itu  lahirlah  beberapa  teori  etika  yang  menjelaskan apakah suatu perilaku  atau
                             keputusan telah dilakukan secara etis atau tidak. Beberapa teori-teori tersebut adalah teori
                             relativitas (relativism theory), teori utilatarian (utilitarianism theory), teori egoisme (egoism
                             theory), teori deontologi (deontology theory), teori perintah  Tuhan (the divine command

                             theory),  dan  teori  etika  kebajikan  (virtue ethics  theory)  (Al-Aidaros,  Shamsudin, dan  Idris,
                             2013).
                            Teori-teori tersebut memiliki perspektif yang berbeda-beda sehingga suatu perilaku atau
                             keputusan dapat dinilai  etis oleh satu teori  namun dinilai tidak  etis oleh teori lain.  Teori
                             relativitas memandang etis atau tidaknya suatu perilaku atau keputusan tergantung dari
                             lingkungan atau lokasi perilaku atau keputusan tersebut dilakukan. Aliran  consequentialist,
                             yaitu  teori  utilatarian  dan  teori  egoisme,  menilai  benar  atau  salah  dari  dampak  yang
                             ditimbulkan dari perilaku atau keputusan yang dilakukan/diambil. Menurut teori utilatarian,
                             perilaku/keputusan yang etis adalah perilaku/keputusan yang memberikan manfaat kepada
                             lebih banyak pihak/orang. Hal ini berbeda dengan teori egoisme yang justru menilai baik
                             atau buruknya berdasarkan besarnya manfaat bagi pelaku/pengambil keputusan.

                            Berbeda dengan teori relativitas, teori deontologi memandang adanya pernyataan universal
                             tentang benar dan salah. Berbeda juga dengan aliran consequentialist, teori deontologi tidak
                             memperhatikan dampak suatu perilaku/keputusan dalam menilai apakah perilaku/keputusan
                             tersebut etis atau tidak etis. Sementara itu, teori etika kebajikan juga berbeda dari teori-teori
                             lain yaitu lebih fokus pada nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang yang baik (pelaku),
                             sedang  teori-teori sebelumnya  lebih  fokus  pada  perilakunya. Lalu teori  pe rintah  Tuhan
                             menilai etis atau tidaknya suatu tindakan berdasarkan kesesuaiannya dengan perintah Tuhan.

                            Teori etika membantu dalam merencanakan dan mengambil keputusan atau melakukan
                             tindakan, terutama jika dihadapkan pada permasalahan/konflik/dilema etika. Dilema etika
                             dapat disebabkan oleh perbedaan nilai yang diyakini seseorang dengan keputusan yang harus
                             diambilnya. Dilema etika juga dapat terjadi ketika pengambilan suatu keputusan memiliki
                             dampak yang saling bertolak belakang kepada beberapa pihak.

                            Untuk memecahkan permasalahan/dilema etika diperlukan sebuah kerangka/model
                             pengambilan keputusan agar solusi/keputusan yang diambil konsisten. Model pengambilan





        26       BAB 2 ETIKA DAN TATA KELOLA



                                                                                                                   05/07/21   11.42
       MODUL CA - Pelaporan Korporat - Aja.indd   26
       MODUL CA - Pelaporan Korporat - Aja.indd   26                                                               05/07/21   11.42
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40