Page 14 - MODUL LEVEL DASAR AKUNTANSI KEUANGAN
P. 14
Setiap negara memiliki masalah dalam melaksanakan konvergensi standar akuntansi
keuangan dengan IAS/IFRS. Masalah yang dihadapi Amerika Serikat, Perancis, Jerman,
Australia, Jepang dan Indonesia berbeda. Adapun permasalahan yang dihadapi di
Indonesia, yaitu:
(1) Ketidakstabilan nilai Rupiah
Sehubungan dengan nilai Rupiah yang cenderung lemah dipasar valuta asing, dan
sering tidak stabil, maka perubahan IAS 21 mendekati FASB akan berdampak serius
dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan yang syarat dengan exposure valuta
asing, terutama bila terjadi devaluasi atau depresiasi Rupiah secara serius, seperti
kejadian ditahun 1997 dan 1998.
(2) Landasan hukum yang berbeda
Aspek hukum dan peraturan perundangan yang berlaku disuatu negara seringkali
DOKUMEN
merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam mengadopsi suatu standar
akuntansi. Contoh PSAK 1, didalamnya berisikan peraturan regulator pasar modal
untuk entitas yang berada dibawah pengawasannya. Hal ini berbeda dengan IAS 1
IAI
karena disesuaikan dengan UU Pasar Modal yang berlaku di Indonesia. Contoh lain
ISAK 25: Hak Atas Tanah yang diterbitkan DSAK IAI akibat adanya beragam
intrepretasi tentang bagaimana perlakuan tanah berdasarkan kerangka hukum
Indonesia.
(3) Profesi penunjang lain yang belum berkembang setaraf internasional
Dalam mengaplikasikan beberapa standar akuntansi memerlukan dukungan dari
profesi penunjang lain, seperti penilai, aktuaris, dll) yang setaraf dengan negara maju.
Bila standar dan praktek profesi penunjang yang diperlukan di Indonesia belum
berkembang setaraf dengan standar internasional, maka jelas kita akan menghadapi
kesulitan dalam mengaplikasikan beberapa standar tertentu. Contohnya IAS 19
Employee Benefit, IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plan,
IAS 39 Financial Instrument: Recognition and Measurement, IFRS 4: Insurance
Contract, IFRS 7 Financial Instrument (Diclosure) dan IAS 36 Impairments of
Assets.
6