Page 18 - Modul CA - Akuntansi Manajemen Lanjutan (Plus Soal)
P. 18

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN







            Alokasi  dengan  mempergunakan  ketiga  cara  tersebut  akan  menghasilkan  angka  yang  berbeda.  Dari
            penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa metode alokasi reciprocal akan lebih akurat dibandingkan dengan
            kedua metode lainnya. Jika demikian, mengapa metode alokasi direct dan step down juga diperbolehkan
            walaupun hasilnya kurang akurat. Jawabannya adalah karena pada akhirnya perhitungan biaya produksi per
            unit yang dibebankan ke produk juga tidak akan akurat.

            Hasil alokasi dari biaya departemen penunjang akan dibebankan pada departemen produksi sebagai
            penambah dari biaya overhead pabrik. Dengan demikian biaya overhead pabrik dari departemen produksi
            adalah biaya overhead pabrik yang benar-benar dikeluarkan oleh departemen produksi tersebut ditambah
            dengan biaya yang merupakan hasil alokasi dari departemen penunjang. Seperti yang telah diketahui
            sebelumnya, biaya overhead pabrik akan dialokasikan secara tradisional dengan mempergunakan dasar unit
            produksi, biaya buruh langsung, dan seterusnya, dan hasil alokasi biaya seperti itu tidak akan menghasilkan
            pembebanan yang akurat pada masing-masing produknya.
            Dengan demikian, meskipun pembebanan biaya departemen penunjang ke departemen produksi dilakukan
            secara akurat dengan mempergunakan metode reciprocal, namun pembebanan biaya departemen produksi
            ke masing-masing produk dilakukan dengan dasar alokasi tradisional, yang hasilnya adalah perhitungan
            biaya produksi yang tidak akurat. Jika hasil akhir dari perhitungan biaya produksi adalah tidak akurat, maka
            juga diperbolehkan pembebanan biaya departemen penunjang yang tidak akurat.


                               DOKUMEN
            1.6.5  Perlakuan Akuntansi untuk Barang Cacat
            Jenis barang cacat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

            1.    Rework,  yaitu  pengerjaan  ulang  dari  barang  yang  dibuat  tidak  sesuai  dengan  spesifikasinya,  dan
                  setelah dikerjakan ulang dapat dijual dengan harga normal.
            2.    Spoilage, yaitu barang yang cacat atau rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi, sehingga harus dijual
                  dengan harga di bawah normal.      IAI

            Selain kedua golongan tersebut, terdapat pula scrap, yaitu sisa-sisa produksi, misalkan potongan kain dari
            proses pembuatan baju. Scrap yang terlalu banyak akan merugikan perusahaan, karena dihasilkan dari
            proses produksi yang tidak efisien.

            Dalam akuntansi biaya, rework dan spilage yang terjadi dapat dikategorikan sebagai normal loss maupun
            abnormal loss. Jika itu merupakan normal loss, maka hal tersebut akan meningkatkan biaya per unit dari
            produk tersebut, sedangkan jika merupakan abnormal loss, maka tidak akan mempengaruhi biaya per unit
            dari produk tersebut, dan langsung dimasukkan dalam beban pokok penjualan sebagai abnormal loss.

            Seluruh topik pembahasan mengenai scrap, rework, spoilage adalah mengenai perlakuan akuntansi untuk
            kasus-kasus tersebut. Jika yang dibahas adalah mengenai peraturan, maka dibutuhkan dalam kaitan untuk
            menyusun laporan keuangan perusahaan.

            Kesimpulannya adalah, dari awalnya akuntansi biaya memang dirancang untuk tujuan inventory costing, yaitu
            memperkirakan nilai dari biaya produksi yang masuk dalam persediaan barang dalam proses, persediaan
            barang jadi, serta beban pokok penjualan. Karena itu dari awalnya sistem akuntansi biaya dikembangkan
            tanpa membutuhkan perhitungan biaya per unit yang akurat, dan sistem akuntansi biaya ini memang bukan
            ditujukan untuk memberikan informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan.















     10      Ikatan Akuntan Indonesia
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23