Page 37 - Modul CA - Akuntansi Manajemen Lanjutan (Plus Soal)
P. 37
AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN
Dalam gambar tersebut model activity based costing diwakili dengan model yang vertical (vertical view),
dimana biaya akan dibebankan pada aktivitas, yang pada akhirnya akan dibebankan pada objek biaya.
Sedangkan model activity based management diwakili dengan model yang horizontal (horizontal view),
dengan tujuan untuk melakukan perbaikkan terhadap aktivitas, sehingga aktivitas-aktivitas tersebut dapat
dilakukan dengan lebih effisien.
Dalam penerapan activity based management, maka model activity based costing yang harus dipakai adalah
model acitivty based costing yang memisahkan antara biaya fleksibel dengan biaya committed. Tanpa
pemisahan tersebut, perusahaan akan mengalami kesulitan untuk melakukan monitoring dari dampak
effisiensi terhadap pengurangan biaya perusahaan. Hal ini disebabkan karena tidak semua biaya-biaya yang
dikeluarkan perusahaan akan otomatis berkurang meskipun perusahaan menghilangkan semua aktivitas-
aktivias yang dilakukannya. Hanya biaya yang bersifat fleksibel yang akan hilang, sedangkan biaya yang
bersifat committed tidak otomatis langsung hilang.
Jika dalam acitivty based costing, aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan dapat dibagi menjadi empat
tingkatan, yaitu unit level, batch level, product level, dan facility level, maka dalam activity based management
biasanya aktivitas perusahaan akan dibagi menjadi dua bsgian yang besar, yaitu aktivitas yang memiliki nilai
tambah (value added activities), dan aktivitas-aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah (non value added
activities). Value added activites adalah aktivitas-aktivitas yang memiliki nilai tambah dimata konsumen,
akibatnya konsumen mau membaya lebih karena perusahaan melakukan aktivitas tersebut. Sebagian besar
DOKUMEN
dari aktivitas produksi, seperti memotong kayu, merakit kursi, dan sebagainya, merupakan aktivitas yang
memiliki nilai tambah, karena konsumen merasa bahwa mereka tidak dapt melakukannya sendiri, maka
mereka mau membayar lebih karena perusahaan melakukan aktivitas tersebut.
Sebaliknya, konsumen tidak akan mau membayar untuk aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai
yang dilakukan perusahaan. Karena itu, pada akhirnya perusahaan harus mencoba untuk menekan bahkan
IAI
menghilangkan biaya dari aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai tersebut.
Contoh dari aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai antara lain:
1. Pengerjaan ulang (rework) – Aktivitas ini tidak memiliki nilai tambah, karena aktivitas pengerjaan
ulang menyebabkan perusahaan melakukan aktivitas tersebut sebanyak dua kali untuk produk yang
sama, karena aktivitas yang pertama kali dilakukan menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan
spesifikasi. Pembeli produk perusahaan tidak akan peduli apakah terdapat pengerjaan ulang dalam
proses produksi perusahaan, yang penting bagi pembeli adalah membeli produk perusahaan dalam
keadaan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya. Karena itu muncul gerakan gugus kendali mutu
(Total Quality Management) yang dipelopori oleh perusahaan-perusahaan Jepang untuk memproduksi
barang tanpa cacat sama sekali (zero defect).
2. Pemeriksaan atau inspeksi merupakan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah. Jika perusahaan
dapat melakukan seleksi pemasok dengan baik, sehingga bahan baku yang dipasok selalu sesuia
dengan spesifikasi, maka tidak diperlukan inspeksi bahan mentah lagi. Sedangkan, jika perushaan
dapat menciptakan sistem produksi zero defect, maka inspeksi barang jadi juga tidak diperlukan lagi.
3. Penyimpanan – Biaya-biaya yang berkait dengan aktivitas penyimpanan, seperti biaya sewa atau
penyusutan gudang, biaya gaji orang gudang dan seterusnya merupakan biaya-biaya yang tidak
memiliki nilai tambah. Aktivitas penyimpanan merupakan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah.
Saah satu tujuan dari just in time system adalah untuk menghilangkan persediaan. Jika perusahaan
dapat menerapkan sistem JIT dengan sempurna, maka perusahaan dapat meminimalkan bahkan
dapat menghilangkan persediaan tersebut.
Pada dasarnya masih banyak lagi aktivitas-aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah diluar ketiga contoh
tersebut. Sasaran utama perusahaan bagi aktivitas-aktivitas tersebut adalah untuk dihilangkan.
Ikatan Akuntan Indonesia 29