Page 46 - Modul CA - Akuntansi Manajemen Lanjutan (Plus Soal)
P. 46

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN







                                                                                        BAB IV


            PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA UNTUK

            PENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEJIK - PELANGGAN




            4.1  Latar Belakang


            Dalam memprioritaskan pelanggan yang akan dilayani, banyak perusahaan saat ini memakai tolokukur yang
            berkaitan dengan loyalitas pelanggan ,seperti frequency of purchase, recency of purchase, value of purchase,
            share of wallet, dan sebagainya. Perusahaan-perusahaan tersebut mengasumsikan bahwa pelanggan yang loyal
            adalah pelanggan yang menguntungkan perusahaan. Bahkan konsep Customer Relationship Management
            (CRM) mengatakan daripada mencari produk maupun pelanggan baru, lebih baik bagi perusahaan untuk
            menjalin hubungan yang lebih erat lagi dengan pelanggan yang ada dan berusaha untuk menyediakan
            produkatau jasa apapun yang mereka inginkan. Bahkan terdapat piranti lunak CRM yang berisi semua
            informasi mengenai pelanggan, dan informasi tersebut dapat diakses oleh semua pegawai perusahaan yang
            berhubungan dengan pelanggan tersebut. Masalahnya, apakah pelanggan yang loyal otomatis  merupakan
            pelanggan yang menguntungkan perusahaan?. Jawabannya adalah tidak selalu, karena bisa saja pelanggan
                               DOKUMEN
            yang loyal justru merupakan pelanggan yang merugikan perusahaan. Karena itu, melihat pelanggan dari
            sisi loyalitas hanya memandang pelanggan dari satu sisi. Untuk sisi lainnya, maka perusahaan harus melihat
            juga profitabilitas pelanggan.


                                                     IAI
            4.2  Permasalahan dalam Perhitungan Profitabilitas Pelanggan


            Masalah pertama yang timbul dalam melakukan perhitungan profitabilitas pelanggan adalah masalah
            pendapatan  yang diterima perusahaan. Seringkali perusahaan memperoleh pendapatan netto yang berbeda
            dengan harga jual yang diberikan kepada pelanggan. Misalkan, dari harga jual yang tertera, perusahaan
            kemudian akan memberikan berbagai macam diskon, seperti diskon untuk volume pembelian, diskon
            untuk pembayaran tepat waktu, allowance yang diberikan pada distributor, sampai dengan ongkos angkut.
            Banyaknya kebocoran-kebocoran ini (disebut dengan pricing waterfall), yang menyebabkan pendapatan
            bersih yang diterima perusahaan bisa secara signifikan berbeda dengan harga jual brutonya.
            Masalahnya, dalam sistem akuntansi perusahaan, pengurangan-pengurangan tersebut tidak dikaitkan
            langsung dengan akun masing-masing pelanggan, namun dicatat secara agregat pada catatan keuangan
            perusahaan, sehingga sulit untuk melihat berapa sebenarnya pendapatan bersih perusahaan. Seperti yang
            telah disinggung dalam modul sebelumnya, jika perusahaan ingin menghitung profitabilitas pelanggan,
            maka dibutuhkan suatu sistem akuntansi tersendiri yang akan dipergunakan untuk menelusuri  pricing
            waterfall tersebut, serta biaya-biaya lainnya pada masing-masing pelanggan.

            Perhitungan profitabilitas pelanggan  yang  akan dibahas dalam modul ini adalah:
            1.   Activity Based Costing
            2.   Customer Lifetime Value














     38      Ikatan Akuntan Indonesia
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51