Page 71 - Modul CA - Akuntansi Manajemen Lanjutan (Plus Soal)
P. 71
AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN
Pada tabel tersebut terlihat bahwa untuk memenuhi semua permintaan yang ada diperlukan waktu 12.900
menit pada mesin 1, sedangkan kapasitas mesin 1 adalah 15.000 menit. Hal ini berarti kapasitas mesin 1
masih cukup untuk memenuhi permintaan yang sama. Situasi tersebut juga terlihat pada mesin 3,4, dan 5.
Namun demikian, untuk mesin 2, kapasitas produksi perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan pasar.
Untuk memenuhi semua permintaan pasar diperlukan 13.800 menit, sedangkan kapasitas yang tersedia
hanya 12.000 menit. Karena itu, kendala yang dihadapi perusahaan adalah kendala internal pada mesin 2.
Dalam tahap kedua, maka perusahaan harus memanfaatkan mesin 2 ini dengan sebaik mungkin. Ada
beberapa cara untuk melakukan hal ini, salah satunya adalah dengan memprioritaskan produk-produk yang
memiliki profit yang tinggi (dalam hal ini throughput yang tinggi) untuk terlebih dahulu diproduksi pada
mesin 2. Untuk itu, perusahaan harus memperbandingkan throughput per menit untuk masing-masing
produk. Throughput per menit untuk produk ABC adalah Rp4.000/12 menit = Rp333,33, sedangkan untuk
produk DEF adalah Rp5.000/6 menit = Rp833,33, sedangkan untuk produk GHI adalah Rp7.000/4 menit
= Rp1.750. Dari perhitungan tersebut, maka prioritas produksi harus diutamakan pada produk GHI, lalu
DEF, dan terakhir adalah ABC.
Untuk memenuhi semua permintaan pasar untuk produk GHI diperlukan 300 X 4 menit = 1.200 menit
dari mesin 2, lalu untuk memenuhi semua permintaan pasar produk DEF diperlukan 500 X 6 menit = 3.000
menit dari mesin 2. Total waktu mesin 2 yang dibutuhkan untuk memproduksi DEF dan GHI adalah 4.200
menit. Jumlah menit mesin 2 yang tersisa untuk memproduksi ABC adalah 12.000 menit – 4.200 menit =
DOKUMEN
7.800 menit. Jumlah ini hanya dapat dipakai untuk memproduksi 650 unit produk ABC (7.800 menit/12
menit). Karena itu, bauran produk yang dapat memaksimalkan throughput perusahaan adalah 650 unit
produk ABC, 500 unit produk DEF, dan 300 unit produk GHI. Total throughput maksimal yang dihasilkan
perusahaan adalah (Rp4.000 X 650)+(Rp5.000 X 500)+(Rp7.000 X 300) = Rp7.200.000.
Tahap ketiga lebih berkaitan dengan proses produksi dalam perusahaan. Dalam hal ini, semua keputusan-
IAI
keputusan yang berkaitan dengan mesin 1, 3, 4, dan 5, misalkan keputusan untuk scheduling, akan
dilakukan dengan mengacu pada keputusan yang diambil untuk mesin 2. Konsep ini dalam teori kendala
disebut dengan drum-buffer-rope (DBR). Dalam konsep DBR, maka mesin 2 (mesin yang terkendala) akan
menjadi irama penentu kerja (drum) untuk mesin 3,4, dan 5, dan mesin 2 juga akan menjadi tali (rope) yang
dipergunakan untuk membatasi produksi mesin 1.
Tahap keempat berbicara mengenai cara untuk mengatasi kendala yang dihadapi perusahaan. Dalam hal
ini, kendala yang dihadapi perusahaan adalah keterbatasan kapasitas pada mesin 2. Karea itu, hal yang dapat
dilakukan perusahaan adalah meningkatkan kapasitas mesin 2 tersebut, apakah melalui lembur, outsourcing,
atau bahkan penambahan mesin baru. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan selama penambahan
throughput masih lebih besar dari penambahan biaya untuk peningkatan kapasitas tersebut.
Tahap ke lima, merupakan pernyataan bahwa kendala yang dihadapi perusahaan tidak ada akhirnya, karena
jika perusahaan sudah menambah kapasitas pada mesin 2, maka kendala akan bergeser pada mesin-mesin
lainnya, atau bahkan kendala dapat berpindah ke luar (external constraint), karena sekarang kapasitas
perusahaan melebihi apa yang dapat diserap pasar. Untuk memecahkan masalah ini, maka perusahaan
harus mulai melakukan langkah pertama lagi.
Ikatan Akuntan Indonesia 63