Page 28 - Modul CA - Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat (Plus Soal)
P. 28
ETIKA PROFESI
DAN TATA KElOlA
KORPORAT
Virtue ethics berfokus kepada karakter moral dari pengambil keputusan, bukan konsekuensi dari keputusan
(utilitarianisme) atau motivasi dari pengambil keputusan (deontologi). Teori ini mengambil pendekatan
yang lebih holistik untuk memahami perilaku beretika dari manusia. Teori ini menerima bahwa banyak
aspek dari kepribadian kita. Setiap dari kita memiliki keragaman karakter yang berkembang sejalan dengan
kematangan emosional dan etika. Setelah terbentuk, ciri-ciri karakter akan stabil.
Dengan berfokus pada manusia secara utuh, teori ini terhindar dari dikotomi yang salah antara utilitarianisme
dan deontologi. Keunggulan dari virtue ethics adalah teori ini mengambil pandangan yang lebih luas dalam
memahami pengambil keputusan yang memiliki beragam ciri-ciri karakter.
Dua permasalahan utama dari virtue ethics, menurut Brooks dan Dunn (2012) adalah menentukan virtues
apa yang harus dimiliki seseorang sesuai dengan jabatan dan tugasnya, dan bagaimana virtues ditunjukkan
di tempat kerja.
Sebuah virtue yang menjadi kunci dalam bisnis adalah integritas, yang meliputi kejujuran dan ketulusan.
Untuk sebuah perusahaan artinya konsisten dengan prinsip-prinsip perusahaan. Permasalahan dari virtue
ethics adalah sulit untuk membuat daftar yang lengkap mengenai virtue dan ada kemungkinan virtue
tergantung kepada situasi tertentu.
2.4 Pengambilan Keputusan Beretika
DOKUMEN
Brooks dan Dunn (2012) mencoba untuk menyatukan teori-teori etika dalam penjelasan pengambilan
keputusan beretika. Permasalahannya adalah sebetulnya tidak mudah membuat suatu penyatuan dari teori-
teori tersebut. Theory of justice terbatas dalam konteks kontrak sosial di dalam masyarakat. Sedangkan teori
IAI
virtue ethics sebetulnya lebih berfokus pada karakter dari pengambil keputusan, bukan proses pengambilan
keputusan itu sendiri. Mendalami teori-teori etika di atas sebetulnya sudah memberikan wawasan bagi
pengambil keputusan tanpa harus menggunakan pedoman pengambilan keputusan. Namun bagi beberapa
pengambil keputusan lebih menyukai pedoman praktis daripada harus mendalami teori-teori yang filosofis.
Berikut ini adalah beberapa pedoman yang dapat digunakan pengambilan keputusan beretika:
Sniff Tests & Common Rules of Thumb – Preliminary Tests of the Ethicality of a Decision
Sniff test merupakan semacam preliminary test yang dapat dilakukan dengan cepat sekedar untuk
memastikan bahwa keputusan yang diambil telah melalui beberapa test etika. Berikut ini sniff test yang
biasanya digunakan:
• Apakah saya nyaman jika tindakan atau keputusan ini muncul besok pagi di halaman pertama surat
kabar nasional?
• Apakah saya bangga dengan keputusan ini?
• Apakah ibu saya bangga dengan keputusan yang saya ambil?
• Apakah keputusan ini sesuai dengan misi dan kode etik perusahaan?
• Apakah saya nyaman dengan keputusan ini?
Sebagaimana dapat dilihat di atas, sniff test tidak berhubungan langsung dengan teori-teori etika yang telah
dibahas sebelumnya.
Ikatan Akuntan Indonesia 19