Page 26 - Modul CA - Manajemen Keuangan Lanjutan (Plus Soal)
P. 26
MANAJEMEN
KEUANGAN LANJUTAN
Contoh:
PT ABC didirikan pada dua puluh tahun lalu dengan modal yang berasal dari saham biasa sebesar Rp15
milyar. Perusahaan tidak memiliki utang jangka panjang dan saham preferen. Seluruh laba bersih yang
dihasilkan diberikan kepada pemegang saham. Saat ini nilai pasar saham PT ABC adalah sebesar Rp40
milyar. Berapakah MVA PT ABC?
MVA = Rp40 milyar – Rp15 milyar = Rp25 milyar
Dalam praktek, nilai pasar utang jangka panjang dan saham preferen diasumsikan sama dengan nilai
bukunya. Hal ini menyebabkan munculnya MVA dengan versi lain.
MVA = Nilai pasar saham biasa – nilai saham biasa
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan MvA
1. Memperkirakan jumlah kas yang diinvestasikan.
Mengukur jumlah modal yang dimasukkan atau ditahan dalam bisnis setelah diperdagangkan
beberapa tahun dapat menghadirkan masalah. Misalnya, apakah pengeluaran penelitian dan
pengembangan menghasilkan aset atau dibebankan pada laporan laba rugi? Laporan Posisi
Keuangan yang disusun oleh akuntan tidak dirancang untuk mengukur modal yang dipasok oleh
penyedia modal.
2. Kapan nilai diciptakan?
Fakta bahwa hasil MVA yang positif sering dibatasi saat akan digunakan untuk mengevaluasi
DOKUMEN
manajemen yang ada. Misalnya MVA yang ada saat ini adalah hasil dari manajemen-manajemen
sebelumnya sehingga sulit untuk menentukan berapa MVA yang diciptakan oleh manajemen yang
ada saat ini.
3. Apakah tingkat pengembaliannya cukup tinggi?
Sangat sulit untuk mengetahui apakah MVA yang dihasilkan sudah cukup sehingga memberikan
tingkat pengembalian yang memuaskan untuk penyedia modal.
4. Inflasi mendistorsi angka MVA IAI
Jika elemen modal yang digunakan untuk mengukur MVA berasal dari angka-angka yang ada pada
Laporan Posisi Keuangan dan terjadi inflasi maka nilai dari modal yang digunakan akan lebih
rendah dari yang sebenarnya. Hasilnya MVA akan kelihatan lebih tinggi.
5. Percaya bahwa harga pasar saham adalah selalu benar selamanya.
Ini adalah asumsi yang paling mengganggu karena MVA tidak harus selalu membutuhkan efisiensi
pada penetapan harga.
6. MVA bukan ukuran yang absolut.
Perusahaan besar akan selalu memiliki MVA yang besar. Hal ini membuat perbandingan MVA
antara perusahaan-perusahaan yang ada menjadi sulit karena adanya perbedaan ukuran modal
perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia 17