Page 95 - MODUL AKAD, TATA KELOLA DAN ETIKA SYARIAH
P. 95
yang menjadi objek akad adalah pekerjaan (al’amal) pembuat barang
(Shani’), maka istishna dikategorikan sebagai bagian dari akad ijarah.
6. Pendapat Kamal al-Din Ibn Hamam dalam kitab Fath al-Qadir (7/109)
menyebutkan bahwa akad istishna’ pada awalnnya adalah akad ijarah dan
diakhiri dengan akad jual-beli (al-istishna’ ijarah ibtida’ wa bai’ intiha’).
Jadi pada prinsipnya, akad istishna’ ini bersifat pararel, dimana saat barang
dibuat berlaku akad ijarah, dan saat barang diserahterimakan berlaku akad
jual-beli.
7. Penjelasan Syams al-Din al-Sarkhasi dalam kitab al-Mabsuth (12/139)
menyebutkan pernyataan jumhur ulama Hanafi bahwa akad jual-beli istishna’
merupakan akad yang mustaqil (akad yang memiliki karakter khusus, kaidah,
serta ketentuan sendiri) dan bukan termasuk akad ijarah, salam, maupun janji
(al-wa’d).
B. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN AKAD ISTISHNA’ DAN SALAM
(1) PERSAMAAN AKAD ISTISHNA’ DAN SALAM
Menrut ulama Hanafiyah dalam kitab al-Mabsuth (12/138), al-Bada’i al-Shana’I
(5/209), dan Fath al-Qadir (2/255), jika dilihat dari ketentuan umum (lex generalis).
akad jual-beli salam dan istishna’ dihukumi tidak sah karena termasuk jual-beli
gharar dimana barang yang dibeli (mutsman/matsmun/mashnu’) tidak berwujud
pada saat dilakukan. Namun akad jual-beli salam dan istishna’ dihukumi sah jika
dilihar dari ketentuan khususnya yang berupa pengecualian dari ketentuan umum
(mustastsnayat/lex spesialis).
Wahbah al-Zuhaili dalam kitabnya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh mengemukakan
syarat-syarat yang berlaku dalam akad jual-beli istishna’ dan dalam akad jual-beli
salam, diantaranya:
1. Penyerahan semua harga (tsaman) harus dilakukan secara kontan dalam
majelis akad.
2. Waktu penyerahan barangnya harus disepakati (dibatasi), tanpa ada
87 | A K A D , T A T A K E L O L A D A N E T I K A S Y A R I A H