Page 113 - Modul Pengantar Fikih Muamalah
P. 113
syariat baik dari segi asal maupun sifatnya, atau terdapat cacat dalam rukun
dan barang yang diakadi.
Kemudian, akad fasid menurut Ulama Hanafiyah adalah akad yang secara
asalnya sudah sesuai dengan syariat, namun dari sisi sifat masih belum
memenuhi ketentuan syariat. Dengan kata lain, dalam akad ini tidak terdapat
kecacatan dalam rukun dan barang yang diakadi, tapi kecacatan tersebut ada
dalam sifat akadnya. Seperti menjual barang yang tidak diketahui yang
ketidaktahuan itu dapat menyebabkan pembatalan seperti menjual satu rumah
diantara dua rumah.
3. Akad Nafidz dan Akad Mauquf
Akad naafidz adalah akad yang shahih yang dinyatakan oleh pihak yang
memenuhi syarat menjadi ‘aaqid (baligh dan pintar) dan didalamnya tidak
terdapat kaitan dengan hak orang lain (tidak diperlukan izin orang lain).
Akad mauquf adalah yang didalamnya tedapat kaitan hak orang lain
(diperlukan izin dari orang lain)
4. Akad Munajjaz dan Akad Mu’allaq
Akad munajjaz adalah akad yang pelafadzah ijab dan qabulnya dilakukan
secara berturut-turut di waktu sekelika (kontan).
Akad mu’allaq adalah akad yang digantungkan dengan sesuatu yang lain.
(4) TUJUAN AKAD
Akad sendiri mempunyai dua jenis yaitu:
1. Akad yang dilakukan untuk tujuan komersil (tijari) atau dapat disebut dengan
akad mu’awadhat.
2. Akad yang dilakukan untuk tujuan sosial (tabarru’) atau dapat disebut dengan
akad ghair mu’awadhat, yaitu akad yang dilakukan satu pihak untuk
menolong pihak lain dan hanya berharap pahala dari Allah SWT. Praktik akad
109 | MODUL USAS PENGANTAR FIKIH MUAMALAH