Page 85 - Modul Pengantar Fikih Muamalah
P. 85
(3) ISTISHNA’
Pengertian istishna menurut Wahbah al-Zuhaili dalam kitabnya al-Fiqh al-Islami
wa Adillatuh adalah: “Akad yang meminta seseorang untuk membuat sebuah
barang tertentu dalam bentuk tertentu atau akad yang dilakukan oleh seseorang
untuk membuat barang tertentu dalam tanggungan.”
(a) Rukun Dan Ketentuan Jual-Beli Istishna’
Dalam pandangan ulama Hanafiah, hanya terdapat satu rukun dalam jual-beli
Istishna’ yaitu shighat (ijab dan qabul) antara kedua belah pihak (pengrajin dan
pemesan). Namun pendapat ini bertentangan dengan pendapat jumhur ulama karena
rukun jual-beli tidak hanya shigat tapi sebagai berikut (Mubarok dan Hasanudin,
2017):
Rukun Keterangan
Mustashni Pihak yang meminta dibuatkan barang
(pemesan/pembeli/ musytari)
Shani’ Pihak yang menerima permintaan untuk membuat
barang (penjual/ ba’i)
Shighat akad Ijab dan qabul (pernyataan penawaran dan penerimaan)
Mashnu’, ‘amal, dan Barang yang dibuat (membuat barang mentah
tsaman (ma’qud menjadi barang jadi, barang yang dibeli
‘alaih) [mutsman/matsmun])
Pekerjaan yang dilakukan oleh shani’
Harga (Tsaman)
Menurut Antonio (2001), syarat istishna’ adalah sebagai berikut :
1. Al-mustashni (pembeli/pemesan)
a. Hendaknya menentukan jenis, bentuk dan sifat yang dipesan.
b. Tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
c. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,
81 | MODUL USAS PENGANTAR FIKIH MUAMALAH