Navigate to:
19 November 2025 - Siaran Pers
Jakarta, 19 November 2025 – Dunia tengah memasuki fase ketidakpastian yang semakin kompleks. Konflik geopolitik, meningkatnya proteksionisme, percepatan teknologi seperti artificial intelligence (AI), dan urgensi transisi menuju ekonomi rendah karbon membentuk lanskap global yang penuh tekanan. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia hanya 3,2% pada 2025, ditengah pemulihan yang masih rapuh dan rawan disrupsi eksternal. Di tengah dinamika tersebut, Indonesia mempertahankan ketahanan ekonomi yang solid. Data BPS menunjukkan pertumbuhan PDB 5,12% (yoy) pada kuartal II-2025 dengan stabilitas makro yang relatif terjaga, dan IMF menempatkan Indonesia sebagai salah satu “bright spot” global. Namun fondasi ini tetap dihadapkan pada risiko struktural: volatilitas arus modal, kebutuhan diversifikasi nilai tambah, serta potensi tekanan fiskal bila ketidakpastian eksternal berkepanjangan. Realisasi FDI tetap positif, tetapi diiringi fluktuasi sentimen pasar dan aliran portofolio yang sensitif terhadap risiko global.
Dalam konteks inilah governance (tata kelola) dan trust (kepercayaan) tampil sebagai penentu utama daya saing. Akses pembiayaan dan biaya modal semakin bergantung pada persepsi integritas informasi, investor institusional global kini menilai kualitas pelaporan, tata kelola, dan komitmen keberlanjutan sebagai faktor utama dalam keputusan investasi jangka panjang. Seiring transisi menuju ekonomi hijau dan digital, mekanisme akuntabilitas yang kuat menjadi kebutuhan mendasar. Pelaporan keuangan dan keberlanjutan yang kredibel berperan penting dalam menarik investasi berbiaya rendah, serta memastikan transformasi ekonomi menghasilkan dampak sosial dan ekologis yang nyata.
Pada saat yang sama, kualitas institusi publik dan tata kelola perusahaan menentukan tingkat ketahanan nasional. Pelaporan keuangan dan keberlanjutan yang efektif, transparansi fiskal, dan manajemen risiko korporasi terbukti mampu mengurangi risiko shock ekonomi serta memperkuat kepercayaan jangka panjang masyarakat dan investor. “Pertumbuhan berkelanjutan tidak hanya dibangun oleh angka, melainkan oleh kepercayaan yang dipupuk melalui praktik governance yang kuat dan konsisten,” ujar Ardan Adiperdana, Ketua Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Komitmen terhadap agenda tersebut ditegaskan melalui penyelenggaraan HUT ke-68 IAI dan IFAC Connect Asia Pacific 2025 pada 3-4 Desember 2025. Indonesia memperkuat posisinya sebagai negara terdepan dalam tata kelola dan pelaporan global dengan menghadirkan ratusan delegasi dari organisasi profesi, regulator, dan lembaga standard-setting internasional. Mengusung tema “Trust and Accountability for Indonesia’s Golden Vision: Navigating Global Turbulence towards Sustainable Growth and Prosperity,” peringatan ini menegaskan bahwa integritas informasi, governance, dan kepercayaan publik merupakan prasyarat utama menuju Visi Indonesia Emas 2045.
Sejak berdiri pada 1957, IAI menjalankan mandat strategis dalam penetapan standar akuntansi dan pelaporan, penguatan kompetensi Chartered Accountant (CA) Indonesia, adopsi standar global termasuk IFRS Sustainability Standards, serta pembangunan ekosistem tata kelola dan keberlanjutan di sektor publik dan privat. Penerbitan Standar Pengungkapan Keberlanjutan (SPK) yang diadopsi dari IFRS S1 dan S2, menegaskan kesiapan Indonesia bergerak seiring negara-negara yang cepat beradaptasi dengan agenda keberlanjutan internasional.
Menjadi tuan rumah IFAC Connect Asia Pacific 2025 juga menunjukkan kapasitas Indonesia sebagai hub regional untuk pengembangan profesi akuntansi dan standardisasi pelaporan. Forum ini mempertemukan perwakilan dari hampir 100 yurisdiksi untuk membahas evolusi profesi akuntansi global, penguatan ketahanan ekonomi berbasis governance, tata kelola era digital dan AI, serta percepatan implementasi standar keberlanjutan. Selain bernilai teknis, forum ini memperkokoh peran Indonesia dalam diplomasi ekonomi dan arsitektur tata kelola modern di Asia Pasifik.
Melalui penyelenggaraan HUT ke-68 IAI dan IFAC Connect Asia Pacific 2025, diharapkan lahir setidaknya tiga dampak strategis, yaitu: meningkatnya kepercayaan investor melalui pelaporan dan governance yang lebih kuat; terintegrasinya standar global dalam praktik korporasi, sektor publik, hingga UMKM; serta percepatan penguatan kapasitas SDM profesional akuntansi untuk mendukung transformasi ekonomi nasional. Dengan demikian, IAI mengajak pemerintah, regulator, dunia usaha, akademisi, profesi akuntan, dan media untuk memperkuat arsitektur tata kelola nasional secara bersama-sama. Kolaborasi lintas sektor akan memastikan Indonesia mampu menangkap peluang, menghadapi dinamika global, dan mewujudkan ekonomi yang tangguh, berkelanjutan, dan berintegritas menuju Indonesia Emas 2045.
Tentang IAI
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan yang menaungi seluruh akuntan di Indonesia yang tersebar di 34 provinsi. IAI merupakan anggota dan pendiri International Federation of Accountants (IFAC) dan ASEAN Federation of Accountants (AFA), serta associate member Chartered Accountants Worldwide (CAW).
Untuk menjaga integritas dan profesionalisme akuntan Indonesia, IAI menerbitkan Kode Etik Akuntan Indonesia. Sebagai standard setter, IAI menyusun dan menetapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), serta Standar Pengungkapan Keberlanjutan (SPK) yang berlaku di Indonesia.
Informasi lebih lanjut tentang IAI, kunjungi www.iaiglobal.or.id, atau email ke iai-info@iaiglobal.or.id
WA Official IAI: +628 111 055 141