Berita IAI

Siaran Pers - IAI AMCI Webinar - Menyikapi Tantangan Retensi Talenta dalam Profesi Akuntansi

31 Oktober 2023 - Siaran Pers


Organisasi di seluruh dunia memahami bahwa kunci menuju pertumbuhan berkelanjutan, keunggulan kompetitif, dan kesuksesan jangka panjang terletak pada kemampuan untuk mempertahankan talenta terbaiknya. Kondisi ini sangat relevan di dunia yang ditandai dengan kemajuan teknologi yang pesat, pergeseran demografi tenaga kerja, dan ekspektasi karyawan yang terus berubah.

Demikian disampaikan Ketua Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam webinar ASEAN CPA – APAFest 2023, berjudul “Talent Retention in the Asia-Pacific Accounting and Finance Profession”. Acara ini merupakan kerja sama dari IAI dan  Accountancy Monitoring Committee Indonesia (AMCI) yang didudukung oleh ASEAN Federation of Accountants (AFA) dan Institute of Management Accountant (IMA). Sebanyak 772 peserta terdaftar dalam webinar ini, yang berasal dari dalam dan luar negeri, antara lain dari Indonesia (515), Filipina (126), Kamboja (45), Vietnam (17), Jepang (14), dan Singapura (12).

Mengutip kajian yang disampaikan IMA dalam publikasi bersama AFA yang juga berjudul "Talent Retention in the Asia-Pacific Accounting and Finance Profession", Ardan mengatakan, profesi akuntansi di seluruh dunia saat ini menghadapi sejumlah permasalahan akibat perubahan cepat ekonomi digital. Banyak data yang menunjukkan menurunnya minat pelajar terhadap profesi ini dalam skala global. Menurut informasi yang dikutip Wall Street Journal dari laporan tahunan American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), sekitar 47 ribu pelajar di Amerika Serikat akan menyelesaikan studi akuntansinya pada tahun 2022. Persentase tersebut turun 7,8% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan tahun 2021. Sementara itu, terdapat 6,4% lebih sedikit pemegang gelar magister (S2) di bidang akuntansi selama jangka waktu tersebut dibandingkan tahun sebelumnya.

Publikasi IMA juga menemukan kesenjangan bakat dalam industri akuntansi Indonesia dan penurunan pendaftaran program akuntansi di universitas-universitas Singapura. Statistik ini menunjukkan bahwa kurangnya minat untuk menjadi akuntan profesional merupakan kesulitan yang jelas dihadapi industri ini. Padahal di sisi lain, prospek perekonomian sangat terbuka lebar bagi seorang akuntan profesional.
Sebagai salah satu langkah antisipatif, IAI telah menyelenggarakan Program Penyetaraan Kompetensi CA yang bisa menjadi langkah penting dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. “Tentunya untuk mampu membangun ekosistem yang sukses bagi para profesional akuntansi dan keuangan, langkah ini perlu dilengkapi dengan berbagai program tambahan dari pemangku kepentingan, termasuk regulator dan industri,” jelas Ardan.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Kementerian Keuangan, Erawati, dalam kapasitas sebagai Ketua AMCI,  mengatakan perkembangan MRA Bidang Jasa Akuntansi adalah tonggak penting dalam perjalanan ekonomi ASEAN. Ini adalah langkah nyata menuju terwujudnya visi kemakmuran bersama yang diamanatkan sejak berdirinya ASEAN. “Kami berharap kerja sama antarnegara anggota ASEAN dalam bidang akuntansi terus berkembang, dan profesional akuntansi kami akan terus berkontribusi untuk mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi di kawasan ini,” ujarnya.

Sebagai bentuk nyata komitmen dalam perjalanan menuju kawasan ekonomi ASEAN, khususnya dalam mewujudkan kawasan perdagangan bebas ASEAN di bidang jasa, ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Accountancy Service (MRA on Accountancy Services) telah ditandatangani oleh delegasi negara-negara ASEAN pada tanggal 24 Agustus 2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar. Kesepakatan ini bertujuan untuk penyetaraan kompetensi dan keahlian akuntan profesional yang telah memenuhi persyaratan di seluruh negara anggota ASEAN.

Sejak dimulainya pemberian penyetaraan ASEAN Chartered Professional Accountants (ASEAN CPA) pada tanggal 16 Mei 2017, perkembangan ini terus berlanjut. Hingga tanggal 30 September 2023, ASEAN Chartered Professional Accountant Coordinating Committee (ACPACC) mencatat bahwa jumlah pemegang ASEAN CPA telah berkembang mencapai 7.038 orang. Dalam hal jumlah, Indonesia memimpin dengan 2.433 pemegang ASEAN CPA, diikuti oleh Malaysia (1.722) dan Singapura (1.109). Negara-negara anggota ASEAN lainnya seperti Thailand, Myanmar, Vietnam, Filipina, Laos, Kamboja, dan Brunei Darussalam juga aktif dalam mengembangkan mobilitas akuntan profesional di kawasan ini.

Menurut Erawati, tingginya jumlah pemegang ASEAN CPA hanyalah langkah awal dalam keseluruhan proses MRA Bidang Jasa Akuntansi untuk mewujudkan kemajuan perekonomian anggota ASEAN sejak berdirinya ASEAN pada tahun 1967. Hingga saat ini, implementasi mobilitas menggunakan MRA Bidang Jasa Akuntansi telah berhasil dilaksanakan di beberapa negara anggota ASEAN.

Kawasan Asia-Pasifik tengah mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, perkembangan teknologi, dan dinamika bisnis yang sangat dinamis. Dalam konteks ini, ASEAN adalah salah satu pasar berkembang dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dan langkah-langkah untuk mengintegrasikan perekonomian melalui aliran bebas barang dan jasa akan membuka lebih banyak peluang untuk berbisnis di ASEAN. Peran profesional akuntansi dan keuangan sangat penting dalam memastikan kesehatan keuangan dan stabilitas organisasi.

Bagi Indonesia, menyelaraskan strategi retensi bakat dengan tren yang lebih luas, sambil mempertimbangkan dinamika ekonomi dan tenaga kerja khususnya, adalah sebuah langkah strategis yang perlu diambil. Organisasi perlu berinvestasi dalam pengembangan bakat, menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, mengenali dan menghargai bakat, serta memberikan peluang bimbingan dan kepemimpinan. Di sisi lain, para profesional harus terus berkomitmen untuk pembelajaran seumur hidup, membangun jaringan yang efektif, dan mendukung keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi yang mereka inginkan.

Attractiveness of the Profession Hub

Sebagai induk organisasi akuntan dunia, International Federation of Accountants (IFAC) telah mengambil inisiatif untuk membangun Attractiveness of the Profession Hub, sebagai sebuah sumber daya kunci yang bertujuan untuk mendukung Professional Accountancy Organization (PAO), firma akuntansi, dan generasi muda yang tertarik dalam profesi ini. Attractiveness of the Profession Hub ini akan menyediakan panduan, sumber daya, dan wawasan tentang peluang dan tantangan yang dihadapi oleh para profesional akuntansi di dunia saat ini.

IFAC Board Member sekaligus Anggota DPN IAI, Prof. Sidharta Utama mengatakan, hub yang didirikan IFAC ini akan menyoroti sejumlah topik penting yang menjadi fokus dalam mendukung perkembangan profesi akuntansi. Beberapa di antaranya adalah Peran dan Peluang Akuntan Masa Kini, Jalur Baru Menuju Profesi, Rekrutmen dan Retensi, Kekuatan Teknologi, hingga Peran Akuntan dalam Keberlanjutan.
Prof. Sidharta juga menyampaikan hasil sebuah diskusi yang diselenggarakan IFAC di kalangan generasi muda akuntan global, para akuntan muda dan calon akuntan yang mengungkapkan motivasi mereka untuk memilih profesi ini. Beberapa faktor kunci yang mencuat termasuk potensi stabilitas dan pendapatan yang dapat diandalkan, beragamnya peluang kerja di berbagai industri, peran mendasar akuntan dalam membantu bisnis membuat keputusan keuangan yang tepat, dan status yang dihormati serta eksposur internasional yang ditawarkan oleh profesi akuntansi.

Diskusi juga menyoroti pentingnya menjaga dan memperbarui standar profesi. IFAC memahami bahwa kepercayaan dari para pemangku kepentingan adalah aset berharga yang harus dijaga dengan baik. Tidak kalah penting, para akuntan muda menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi sebagai alat penting dalam menjalankan profesi. Generasi muda melihat teknologi sebagai sarana yang tak terhindarkan dalam menjaga relevansi profesi akuntansi dalam dunia yang terus berubah.

IFAC juga menyadari pentingnya terus memperbarui keterampilan dan kompetensi para akuntan. Penting bagi akuntan profesional modern untuk memahami strategi komunikasi, keterlibatan pemangku kepentingan, pemikiran kritis, analisis data, forensik, dan pemahaman tentang keberlanjutan.

IFAC juga terus memperbarui International Education Standards (IES) dengan mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa para akuntan masa depan memiliki keterampilan yang relevan dengan tuntutan lingkungan bisnis yang terus berubah.

“IFAC percaya bahwa untuk menarik bakat terbaik di masa depan, profesi akuntansi harus menunjukkan perannya yang krusial dalam menjaga masa depan planet dan kesejahteraan kita. Dengan permintaan yang semakin meningkat dalam hal pengungkapan dan jaminan keberlanjutan, IFAC bersama dengan para pemangku kepentingan akan terus berupaya memastikan bahwa profesi ini tetap relevan dan siap menghadapi tantangan masa depan,” pungkas Prof. Sidharta.

Webinar ini ditutup dengan sharing terkait hasil studi tersebut yang disampaikan oleh Bapak Djumadi Anggota DPN IAI/ Territory Assurance Leader PwC Indonesia, Ibu Selvia Vivi Damayanti Anggota DPN IAI/Kepala Direktorat Penelitian dan Pengembangan BPK RI, Bapak Aucky Pratama Direktur Eksekutif AFA, dan Gin Toh Director, Regional Partner Relations, IMA Asia Pacific.

Tentang IAI

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan yang menaungi seluruh akuntan di Indonesia yang tersebar di 34 provinsi. IAI merupakan anggota dan pendiri International Federation of Accountants (IFAC) dan ASEAN Federation of Accountants (AFA), serta associate member of Chartered Accountants Worldwide (CAW).

Untuk menjaga integritas dan profesionalisme akuntan Indonesia, IAI menerbitkan Kode Etik Akuntan Indonesia. Sebagai standard setter, IAI menyusun dan menetapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia.

Informasi lebih lanjut tentang IAI, kunjungi www.iaiglobal.or.id, atau email ke iai-info@iaiglobal.or.id