Navigate to:
11 Desember 2024 - Siaran Pers
Dalam era globalisasi yang dinamis, keberlanjutan menjadi salah satu isu strategis yang menawarkan peluang dan tantangan bagi pelaku pasar dan pemangku kepentingan, termasuk profesi akuntan profesional. Tantangan ini semakin meningkat dengan perkembangan tren bisnis dan perubahan lingkungan ekonomi yang pesat. Diskursus ini mengemuka pada salah satu panel seminar HUT ke-67 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bertema Issues and Challenges Faced by Industry in the Implementation of the Sustainability Disclosure and Reporting. Seminar ini menghadirkan narasumber dari IFRS Foundation, Dewan Standar Keberlanjutan (DSK) IAI, dan CPA Australia.
Jonathan Labrey, Chief Connectivity and Integrated Reporting Officer dari IFRS Foundation, menekankan pentingnya peran akuntan profesional dalam membantu kebutuhan ekonomi global yang semakin kompleks. Menurutnya, akuntan profesional diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelaporan keuangan yang komprehensif, dengan mengintegrasikan aspek keberlanjutan yang berdampak pada operasional bisnis dan laporan keuangan entitas. Di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap laporan keuangan, tata kelola, dan keberlanjutan, akuntan profesional memegang peran sentral dalam menjembatani kepentingan entitas dengan investor dan mendukung modernisasi ekonomi global.
Jonathan Labrey menyoroti bahwa akuntan profesional harus beradaptasi dengan tuntutan investor dan pemangku kepentingan untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih sustainable. Hal ini diperlukan untuk menjawab ketidakpastian ekonomi masa depan yang semakin kompleks.
IFRS Foundation melalui International Sustainability Standards Board (ISSB) telah menerbitkan dua standar utama terkait keberlanjutan, yaitu IFRS S1 General Requirements for Disclosure of Sustainability-related Financial Information dan IFRS S2 Climate-related Disclosures. Diharapkan, standar ini dapat diterapkan di Indonesia untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dan menjawab peluang serta tantangan industri.
Peran Strategis di Indonesia
Di Indonesia, akuntan profesional menjadi ujung tombak dalam mengungkapkan informasi keberlanjutan kepada pemangku kepentingan. Partisipasi aktif mereka akan memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional dan menjadikan ekosistem pasar modal Indonesia lebih menarik bagi investor global. Dengan adanya langkah-langkah strategis dan kolaborasi global ini, akuntan profesional diharapkan dapat terus mendukung perjalanan keberlanjutan ekonomi dunia dan menjadi mitra terpercaya dalam membangun kepercayaan melalui pelaporan keuangan berkualitas tinggi.
Istini T. Siddharta, Ketua DSK IAI, menyoroti isu dan tantangan yang dihadapi industri dalam penerapan pengungkapan keberlanjutan. Ia menjelaskan, pengadopsian standar internasional di Indonesia mengacu pada dua badan internasional, yaitu International Accounting Standards Board (IASB) dan ISSB. Hal ini menghasilkan dua standar utama di Indonesia, yaitu 1) Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berfokus pada data historis untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dengan tingkat validitas dan kepastian yang tinggi, dan 2) Standar Pengungkapan Keberlanjutan (SPK) yang berorientasi ke masa depan untuk mengkomunikasikan tata kelola, strategi, manajemen risiko, serta metrik dan target, dengan asumsi-asumsi yang memuat tingkat ketidakpastian lebih tinggi.
Istini menambahkan, beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam penerapan SPK di Indonesia meliputi, infrastruktur dan sistem tata kelola, kondisi internal perusahaan yang beragam, keberagaman standar yang dapat mengurangi motivasi perusahaan untuk menerapkannya. Tantangan lain berupa perubahan mindset terhadap manfaat penerapan standar, hingga perbedaan eksposur industri yang berbeda.
Membangun Komitmen Keberlanjutan
Istini menambahkan, untuk memastikan keberhasilan implementasi SPK, perubahan pola pikir dan komitmen dari level strategis hingga operasional sangat dibutuhkan. SPK menjadi alat penting untuk memahami kompromi dalam alokasi sumber daya dan modal, serta memastikan pengungkapan informasi yang relevan, efektif, dan tidak berlebihan. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan kualitas pelaporan keberlanjutan dan membangun daya saing global yang lebih baik melalui ekosistem pelaporan yang terintegrasi.
Pada kesempatan yang sama, Djohan Pinnarwan, Member of the CPA Australia Indonesia Advisory Committee dan Partner PwC Indonesia, menyampaikan pandangan mengenai isu dan tantangan yang dihadapi industri dalam penerapan pengungkapan keberlanjutan. Djohan menyoroti tiga aspek utama yang perlu dipersiapkan oleh perusahaan dalam mengimplementasikan standar keberlanjutan, yaitu SDM, proses dan sistem, serta laporan dan pengungkapan.
Djohan merekomendasikan perusahaan untuk mulai dengan mempelajari ISSB standards, karena standar ini berbasis prinsip (principle-based) dan diharapkan menjadi acuan global di masa depan. Standar ini juga mempromosikan integrasi antara laporan keuangan dan pengungkapan keberlanjutan sehingga kedua laporan saling melengkapi untuk memberikan informasi yang relevan dan andal.
Penerapan pengungkapan keberlanjutan yang terintegrasi dengan laporan keuangan berbasis IFRS atau PSAK diharapkan dapat memberikan gambaran utuh tentang kinerja perusahaan, tidak hanya dari sisi keuangan tetapi juga dari perspektif keberlanjutan. Langkah ini akan meningkatkan kepercayaan publik dan daya saing perusahaan di pasar global.
Tentang IAI
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan yang menaungi seluruh akuntan di Indonesia yang tersebar di 34 provinsi. IAI merupakan anggota dan pendiri International Federation of Accountants (IFAC) dan ASEAN Federation of Accountants (AFA), serta associate member Chartered Accountants Worldwide (CAW).
Untuk menjaga integritas dan profesionalisme akuntan Indonesia, IAI menerbitkan Kode Etik Akuntan Indonesia. Sebagai standard setter, IAI menyusun dan menetapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia.
Informasi lebih lanjut tentang IAI, kunjungi www.iaiglobal.or.id, atau email ke iai-info@iaiglobal.or.id