Page 171 - MODUL AKAD, TATA KELOLA DAN ETIKA SYARIAH
P. 171
B. HUKUM DAN DALIL AKAD IJARAH
(1) DALIL AL-QURAN
Terdapat dua pendapat mengenai hukum ijarah (Mubarok dan Hasanudin, 2017):
1. Akad ijarah hukumnya terlarang, ulama yang melarang praktik akad ijarah
adalah Abu Bakr al-Azham, Isma’il Ibn ‘Ulayah, al-Hasan al-Bashri, al-
Qashani, al-Nahrawani, dan Ibnu Kisan. Pelarangan ini didasarkan pada dasar
mutsman akad ijarah adalah sesuatu yang tidak ada wujudnya (ma’dum).
Sedangkan dalam akad jual-beli, objek akad harus jelas keadaanya maka akad
ijarah hukumnya terlarang. Selain itu, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab
I’lam al-Mawaqqilan ‘an Robb al-‘Alamin berpendapat bahwa “ijarah adalah
jual-beli manfaat. Manfaat termasuk ma’dum (tidak wujud) dan jual-beli
barang yang tidak wujud adalah batal.”
2. Akad ijarah hukumnya boleh, jumhur ulama memperbolehkan akad ijarah
berdasar pada dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an, hadits Nabi
Muhammad SAW, dan ijma’ ulama sebagai berikut:
a. QS. Al-Thalaq (65): 6
“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu, dan janganlah menyusahkan mereka untuk menyempitkan
(hari) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang
hamil, berikanlah kepada mereka nafkah hingga mereka bersalin, kemudian
bila mereka menyusukan (anak-anak) mu, berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah diantara kamu (segala sesuatu) dengan
baik, dan jika kamu menemukan kesulitan, maka boleh perempuan lain
menyusukan (anak itu) untuknya.”
b. QS. Al-Qashash (28): 26-27
“Salah seorang dari perempuan itu berkata ‘wahai ayahku, ambillah ia
sebagai pekerja (kepada kita) karena sesungguhnya orang yang paling baik
yang kamu ambil untuk bekerja (kepada kita) adalah orang yang kuat dan
dapat dipercaya (26). Berkatalah dia (Syu’aib): ‘sesungguhnya aku
162 | A K A D , T A T A K E L O L A D A N E T I K A S Y A R I A H