Page 38 - Modul CA - Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat (Plus Soal)
P. 38
ETIKA PROFESI
DAN TATA KElOlA
KORPORAT
Skandal Industri Keuangan
Tidak sampai 10 tahun setelah skandal manipulasi laporan keuangan korporasi Amerika, dunia usaha
Amerika harus menghadapi skandal yang lebih besar lagi yang membawa perekonomian global mengalami
krisis. Skandal kali ini dilakukan oleh industri keuangan melalui dua kegiatan yang sangat spekulatif dan
merugikan, yaitu predatory lending dan pengembangan produk Credit Default Swap (CDS).
Predatory lending adalah pemberian kredit kepada orang-orang yang sebetulnya tidak memiliki akses
kredit karena kurang memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Kredit ini yang dikenal dengan
subprime mortgage. Penyaluran subprime mortgage ini memberikan keuntungan yang lebih besar dengan
membebankan bunga yang lebih tinggi, sementara itu risiko kredit dialihkan melalui sarana sekuritisasi
asset melalui produk derivatif yang disebut Collateralized Debt Obligations (CDO). Semakin tinggi risiko
kegagalan semakin disukai karena tingkat bunga dapat dibebankan semakin tinggi. Untuk itu lembaga-
lembaga kredit ini bahkan melakukan rekayasa untuk membuat kreditor yang tidak layak tetap dapat
memperoleh kredit.
Credit Default Swap (CDS) adalah produk yang dikembangkan oleh AIG, perusahaan asuransi terbesar di
dunia, untuk melindungi pemilik CDO dari risiko kegagalan kredit. Sebagai produk derivatif, AIG dapat
menjual produk juga kepada bukan pemilik CDO. Walaupun tidak memiliki CDO dan tidak mengalami
kerugian atas kegagalan CDO, para pembeli CDS ini akan memperoleh ganti rugi jika terjadi kegagalan
pembayaran CDO. Dengan demikian, kerugian yang dihadapi oleh orang lain akan merupakan keuntungan
DOKUMEN
bagi mereka. Sebaliknya, jika tidak terjadi kegagalan CDO, maka mereka akan kehilangan uangnya. Mereka
seakan-akan berjudi atas risiko yang dihadapi orang lain.
AIG tidak melakukan “reasuransi” atas CDS yang dikeluarkan karena CDS bukan produk asuransi. AIG
menggunakan dana hasil penjualan CDS untuk membayar bonus yang besar kepada pegawainya yang
IAI
berhasil menjual CDS. Dengan demikian, sebetulnya AIG menghadapi risiko puluhan, ratusan atau ribuan
kali risiko asuransi, tergantung dari jumlah pembeli CDS, dan tidak ada alokasi dana untuk membayar
kerugian yang mungkin terjadi. Mereka mengandalkan penjualan CDS tahun berikutnya yang diharapkan
semakin besar dan pada akhirnya menciptakan semacam ponzi scheme.
Lebih jauh lagi, Goldman Sachs dan investment bank lainnya menjual produk CDO yang memiliki risiko
kegagalan yang tinggi dan membeli produk CDS untung memperoleh keuntungan dari kegagalan produk
CDO mereka. Kerugian investor merupakan keuntungan bagi mereka. Investor tetap membeli produk
ini karena produk ini tetap mendapat peringkat AAA. Pemberian rating yang tinggi tetap diberikan oleh
lembaga pemeringkat karena mereka dibayar lebih mahal dan akan diberi kesempatan untuk melakukan
pemeringkatan berikutnya jika memberikan peringkat yang tinggi untuk produk-produk derivatif tersebut.
Dengan berjalannya waktu, kredit-kredit berisiko tinggi mulai mengalami kemacetan dan pada tahun 2008
kredit macet dan penyitaan jaminan rumah meledak. Lembaga peminjaman tidak dapat menjual kreditnya
kepada investment bank. Dengan semakin banyaknya kredit macet dan jaminan yang tidak dapat dilikuidasi,
banyak lembaga peminjaman yang bangkrut. Selanjutnya pasar CDO kolaps. Investment bank terjebak
dalam pinjaman yang sangat besar, CDO, dan jaminan rumah yang tidak dapat dijual.
Maret 2008, investment bank Bear Stearns menghadapi krisis likuiditas dan diakuisisi oleh JP Morgan Chase
dengan harga yang sangat murah dan dibiayai oleh dana jaminan darurat dari Federal Reserve. September
2008, Menteri Keuangan Henry Paulson, mantan CEO Goldman Sachs, mengumumkan Bank Sentral
mengambil alih Fannie Mae dan Freddie Mac, dua lembaga pemberi kredit pemilikan rumah. Dua hari
kemudian, Lehman Brothers mengumumkan kerugian sebesar US$3,2 miliar. Kurang dari seminggu
kemudian, pada hari Jumat tanggal 12 September 2008, Lehman Brothers dan Merril Lynch mengalami
kesulitan likuiditas. Merril Lynch berhasil diselamatkan oleh Bank of America, sementara itu hanya
Barclay’s Bank dari Inggris yang tertarik mengakuisisi Lehman Brothers. Namun rencana akuisisi Barclay’s
Ikatan Akuntan Indonesia 29