Page 48 - Modul CA - Sistem Informasi dan Pengendalian Internal (Plus Soal)
P. 48

SISTEM INFORMASI
                                                                                      DAN PENGENDALIAN INTERNAL





               6.   Mendorong kepatuhan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
               7.   Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.

               Pengendalian internal merupakan suatu proses karena melekat ke dalam aktivitas operasional organisasi
               dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas manajemen. Pengendalian internal hanya
               mampu memberikan tingkat keyakinan yang memadai; keyakinan absolut sangat sulit untuk dicapai dan
               memerlukan biaya yang sangat tinggi. Selain itu, sistem pengendalian internal juga memiliki keterbatasan
               yang melekat, seperti misalnya kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan kecil, pertimbangan dan
               pengambilan keputusan yang tidak tepat, dominasi manajemen, dan bahkan kolusi.
               Mengembangkan sistem pengendalian internal memerlukan pemahaman yang menyeluruh atas kapabilitas
               dan risiko dari teknologi informasi (TI), demikian pula halnya dengan bagaimana menggunakan TI untuk
               mencapai tujuan pengendalian internal organisasi. Akuntan dan pengembang sistem membantu manajemen
               dalam mencapai tujuan pengendalian dengan cara: (1) merancang sistem pengendalian yang efektif sehingga
               dapat mengambil pendekatan proaktif untuk menghilangkan ancaman terhadap sistem serta mendeteksi,
               mengoreksi dan memulihkan dari ancaman tersebut ketika terjadi; dan (2) memudahkan manajemen untuk
               membangun pengendalian ke dalam suatu sistem pada tahap perancangan awal dibandingkan dengan
               menambahkannya setelah ancaman tersebut terjadi.

               Pengendalian internal menjalankan tiga fungsi penting:
                               DOKUMEN
               1.   Pengendalian preventif untuk mencegah masalah sebelum terjadi. Misalnya mempekerjakan personil
                    yang memiliki keahlian, membagi wewenang karyawan, dan mengendalikan akses fisik atas aset dan
                    informasi.
               2.   Pengendalian detektif untuk menemukan masalah yang tidak dapat dicegah. Misalnya pengecekan
                    ulang atas perhitungan dan penyusunan rekonsiliasi bank dan neraca saldo bulanan.
                                                     IAI
               3.   Pengendalian korektif untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah serta memperbaiki dan
                    memulihkannya dari kesalahan yang terjadi. Misalnya mengarsip salinan dokumen, mengoreksi input
                    data yang salah, dan memasukkan ulang transaksi untuk pemrosesan berikutnya.

               Pengendalian internal seringkali dibedakan dalam dua katagori:

               1.   Pengendalian umum untuk memastikan lingkungan pengendalian dari suatu organisasi stabil
                    dan dikelola dengan baik. Contohnya termasuk keamanan, infrastruktur TI, serta perolehan,
                    pengembangan dan perawatan piranti lunak.
               2.   Pengendalian aplikasi untuk memastikan transaksi telah diproses dengan benar. Pengendalian aplikasi
                    menekankan pada akurasi, kelengkapan, validitas dan otorisasi data yang diperoleh, dimasukkan,
                    diproses, disimpan, dipindahkan ke sistem lain, serta dilaporkan.

               Robert Simons dalam Romney dan Steinbart (2012), seorang profesor bidang bisnis dari Harvard menemukan
               empat level pengendalian untuk membantu manajemen dalam mengatasi konflik antara kreativitas dan
               pengendalian. Keempat level pengendalian tersebut adalah:

               1.   Belief  system  menggambarkan  bagaimana suatu organisasi menciptakan nilai, membantu para
                    pegawainya dalam memahami visi manajemen, mengkomunikasikan nilai-nilai dasar dari organisasi
                    tersebut dan menginspirasi para pegawainya untuk menerapkan dalam nilai-nilai tersebut.
               2.   Boundary system membantu para pegawai agar dapat bertindak etis dengan menetapkan batasan-
                    batasan  atas  perilaku  pegawai.  Pegawai  tidak  harus  diberitahu  apa  yang  harus  mereka  lakukan,
                    melainkan mereka didorong untuk secara kreatif menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhan
                    pelanggan sembari memenuhi standar kinerja minimumnya dan menghindari tindakan-tindakan
                    yang mungkin dapat merusak reputasi mereka.







                                                                                    Ikatan Akuntan Indonesia      39
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53