Page 52 - Modul CA - Sistem Informasi dan Pengendalian Internal (Plus Soal)
P. 52

SISTEM INFORMASI
                                                                                      DAN PENGENDALIAN INTERNAL





                    berisi nilai etika dan integritas dari organisasi tersebut, parameter yang memungkinkan dewan direksi
                    untuk menjalankan tanggung jawab pengawasan; struktur organisasi dan penugasan otoritas dan
                    tanggung jawab; proses untuk menarik, mengembangkan dan mempertahankan individu-individu
                    yang kompeten; serta penekanan pada pengukuran kinerja, insentif dan imbalan untuk mendorong
                    kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan. Hasil dari lingkungan pengendalian memiliki dampak
                    yang luas terhadap keseluruhan sistem pengendalian internal.

                    Elemen dasar dalam lingkungan pengendalian terdiri dari:

                    a.  Filosofi, Gaya Operasi dan Risk Appetite dari Manajemen
                       Secara kolektif, suatu organisasi memiliki filosofi, atau nilai dan perilaku yang berlaku umum,
                       mengenai risiko yang dapat berdampak pada kebijakan, prosedur, komunikasi lisan dan tertulis,
                       dan keputusan. Perusahaan juga memiliki  risk appetite atau  risk tolerance (toleransi risiko)
                       yang merupakan batas maksimum risiko yang bersedia diterima oleh organisasi tersebut untuk
                       mencapai sasaran yang diinginkan. Untuk mengindari terjadinya risiko yang berlebihan, toleransi
                       risiko harus sejalan dengan strategi perusahaan.

                       Semakin bertanggung jawab filosofi dan gaya operasi manajemen, dan semakin jelas filosofi dan
                       gaya operasi tersebut dikomunikasikan, makin besar kemungkinan karyawan juga akan memiliki
                       perilaku yang bertanggungjawab. Sebaliknya, jika manajemen hanya sedikit menaruh perhatian
                       pada pengendalian internal dan manajemen risiko, maka para karyawannya juga akan semakin
                               DOKUMEN
                       tidak berhati-hati dalam mencapai sasaran pengendalian internal.

                    b.  Dewan Direksi
                       Keterlibatan pemegang saham dan anggota independen dalam jajaran dewan direksi akan lebih
                       mampu memberikan pandangan yang objektif bagi manajemen dalam rangka menjalankan fungsi
                                                     IAI
                       check and balance.

                       Sarbanes-Oxley mengharuskan perusahaan-perusahaan publik untuk memiliki komite audit
                       yang berasal dari pihak luar dan independen. Komite audit bertanggungjawab dalam pelaporan
                       keuangan, kepatuhan akan peraturan, pengendalian internal serta merekrut dan mengawasi auditor
                       internal dan eksternal. Para auditor internal dan eksternal ini yang nantinya akan melaporkan
                       semua pelaksanaan kebijakan akuntansi yang penting kepada komite audit. Direksi juga harus
                       menyetujui strategi perusahaan dan menelaah kebijakan keamanannya.
                    c.   Komitmen terhadap Integritas, Nilai-nilai Etika dan Kompetensi
                       Organisasi perlu memiliki budaya yang menekankan pada integritas dan komitmen terhadap nilai-
                       nilai etika dan kompetensi. Integritas dimulai dari manajemen puncak, dan kemudian diadopsi oleh
                       bawahannya dalam menghadapi risiko dan pengendalian. Pesan penting mengenai komitmen atas
                       integritas tersampaikan dengan tepat ketika CEO dihadapkan dengan masalah yang sangat rumit
                       dan ia memilih keputusan yang secara nilai-nilai etika dan intergritas dirasa tepat. Perusahaan
                       mendorong integritas dengan:

                       1)  Secara aktif mengajarkan dan mengharuskan perilaku yang berintegritas dan beretika,
                           misalnya dengan memberikan pernyataan bahwa laporan yang jujur apa adanya jauh lebih
                           penting daripada menyajikan laporan yang baik hanya demi mencapai tujuan tertentu.
                       2)  Menghindari ekspektasi atau insentif yang tidak realistis yang dapat mendorong karyawan
                           berperilaku tidak jujur, melanggar hukum, misalnya dengan menargetkan penjualan yang
                           terlalu agresif, melakukan taktik negosiasi yang tidak wajar atau tidak etis, dan memberikan
                           bonus semata-mata hanya berdasarkan kinerja di dalam laporan keuangan.
                       3)  Secara konsisten menghargai kejujuran dan memberikan julukan atau sebutan untuk mereka







                                                                                    Ikatan Akuntan Indonesia      43
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57