Page 265 - MODUL AKAD, TATA KELOLA DAN ETIKA SYARIAH
P. 265
D. SYARAT-SYARAT HAWALAH
Hawalah dianggap sah apabila memenuhi persyaratan persyaratan yang berkaitan
dengan muhil, muhal, muhal alaihi, shighat, maupun utang itu sendiri.
(1) SYARAT-SYARAT SHIGHAH.
Akad al-hiwalah terbentuk dengan terpenuhinya ijab dan qabul atau sesuatu yang
semakna dengan ijab kabul, seperti dengan pembubuhan tanda tangan diatas nota
al- hiwalah, dengan tulisan dan isyarat. Ijab adalah pihak al- muhil berkata:”aku
alihkan kamu kepada si Fulan.” Qabul adalah seperti pihak al-muhal berkata: saya
terima atau saya setuju.” Ijab dan qabul diisyaratkan harus dilakukan di majlis dan
akad yang ada disyaratkan harus final, sehingga didalamnya tidak berlaku khiyar
majlis ataupun khiyar syarat.
(2) SYARAT-SYARAT AL-MUHIL
Ada dua syarat untuk al-muhil seperti berikut:
1. Harus orang yang memiliki kelayakan dan kompetensi untuk mengadakan
akad yaitu ia adalah orang yang berakal dan baligh.
Berdasarkan hal ini berarti baligh adalah syarat al nafadz (berlaku efektifnya
akad al-hiwalah), bukan syarat al-in’iqad (syarat terbentuknya akad).
2. Ridho dan persetujuan al-muhil, maksudnya atas kemauan sendiri tidak dalam
keadaan dipaksa.
Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, Hanabilah sependapat dengan ulama
Hanafiyyah dalam syarat satu ini. Sementara itu Ibnu Kamal dalam kitab Al-
Lidhah, menuturkan bahwa ridho pihak al-Muhil adalah sebagai syarat
supaya nanti al-Muhal alaih boleh meminta ganti kepadanya.
256 | A K A D , T A T A K E L O L A D A N E T I K A S Y A R I A H