Page 58 - MODUL AKAD, TATA KELOLA DAN ETIKA SYARIAH
P. 58
menyatakan hal ini, di antaranya: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu”
(QS An-Nisa (4): 28), dan Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu (QS al-Baqarah (2): 185). Kehidupan manusia di zaman
sekarang lebih kompleks, jadi mereka membutuhkan kemudahan-kemudahan. Akan
tetapi maksud dari kemudahan di sini adalah menjaga kemaslahatan dan hajat hidup
orang banyak sebagaimana ingin diwujudkan oleh syariah.
Yang menjadikan perbedaan antara pembiayaan murabahah dan murabahah murni adalah pada
segi penerapannya, pada pembiayaan murabahah di bank syariah umumnya menggunakan akad
murabahah li al-amir bi al-Syira’ dimana bank syariah tidak memiliki barang yang diperlukan
nasabah tapi memberikan dananya untuk selanjutnya nasabah yang membeli barang tersebut
kepada pihak ketiga (pemasok). Sedangkan dalam akad murabahah murni maka seharusnya
bank telah membeli barang yang dibutuhkan nasabah dari pemasok sehingga ketika nasabah
mengajukan pembiayaan bank syariah menjual barangnya kepada nasabah dengan harga yang
sudah mengandung keuntungan, sehingga disini akadnya hanya antara bank syariah dan
nasabah tanpa melibatkan pemasok lagi.
Beberapa ulama kontemporer yang melarang dan mengharamkan praktik murabahah li al-amir
bi al- Syira’ diantaranya adalah: Bakr bin Abdullah Abu Zaid, Muhammad Sulaiman al-
Asyqar, Rafîq al-Mishrî dan lainnya. Berikut ini adalah argumen yang memperkuat pendapat
mereka (Lathif, 2013):
1. Transaksi murabahah di LKS/bank syariah sebenarnya bukan dimaksudkan untuk
melakukan jual beli tapi hanya sekedar hîlah atau trik untuk menghalalkan riba. Kedua,
tidak ada satu orang pun dari ulama terdahulu (salaf ) yang membolehkan murabahah,
bahkan ada yang menyatakan keharaman murabahah.
2. Transaksi murabahah termasuk jual beli ‘ înah yang diharamkan. Jual beli ‘înah adalah
pinjaman ribawi yang direkayasa dengan praktik jual beli.
3. Transaksi murabahah termasuk bay‘atâni fi bay‘ah. Rasulullah SAW telah melarang
bentuk jual beli bay‘ atâni fi bay‘ah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, Nasa’i dan Tirmidzi. Untuk mengetahui apakah transaksi murabahah termasuk
bay‘atâni fi bay‘ah, maka perlu mengetahui maksud dari model akad tersebut. Menurut
Imam Syafi’i bay‘atâni fi bay‘ah maksudnya adalah: Seorang penjual berkata: Saya
menjual barang ini kepada kamu Rp. 100.000,- secara tempo dan Rp.50.000,- secara
50 | A K A D , T A T A K E L O L A D A N E T I K A S Y A R I A H