Navigate to:
30 Oktober 2020 - Siaran Pers
Ekonomi Indonesia menghadapi tantangan baru dan perubahan lanskap signifikan pasca pandemi Covid-19. Adopsi teknologi dan digitalisasi yang telah diinisasi sejak beberapa dekade terakhir, kini dipercepat dengan adanya kondisi pembatasan. Saat ini akuntan sudah harus membiasakan diri bahwa platform berbasis teknologi telah menjadi platform utama kita dalam bekerja dan beraktivitas.
Ketua Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (DPN IAI) Prof. Mardiasmo mengatakan, penerapan aspek digital ini jelas menjadi tantangan sekaligus peluang bagi profesi akuntan di masa kini. Wakil Menteri Keuangan periode 2014-2019 itu menekankan agar akuntan dengan berbagai skill sets yang dimiliki harus selalu menjaga governance dari platform teknologi ini, untuk memastikan transparansi dan akuntabitas ekonomi.
“IAI melalui Prakarsa 6.1 telah mempersiapkan diri dan anggotanya untuk mengantisipasi berbagai perkembangan teknologi dan globalisasi. Prakarsa 6.1 juga dapat menjadi acuan bagi profesi untuk berkiprah lebih optimal dalam perekonomian yang semakin dinamis di masa depan,†ujar Mardiasmo yang kini menjadi Ketua Komite Pengawas Perpajakan Kementerian Keuangan RI.
Hal itu disampaikan Mardiasmo ketika membuka Webinar Series “Global Accountant Edition†yang diselenggarakan secara virtual dan diikuti oleh hampir 1000 peserta dari dalam dan luar negeri. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan IAI APAFest yang diselenggarakan IAI dalam rangka membangun kompetensi SDM akuntan muda sejak dini, sehingga mereka bisa berkiprah optimal dalam pembangunan ekonomi masa depan.
Webinar Series ini menghadirkan Menteri BUMN RI Erick Thohir dan Deputi Presiden International Federation of Accountants (IFAC) Alan Johnson yang hadir secara virtual dari Roma, Italia. Narasumber lain yang ikut berbagi pandangan adalah Prof. Lindawati Gani (Anggota DPN IAI dan IFAC Membership Committee), Rosita Uli Sinaga (DPN IAI), dan Elly Zarni Husin (Direktur Eksekutif IAI).
Pada kesempatan itu, Deputi Presiden IFAC Alan Johnson mengatakan bahwa kondisi dunia telah berubah sangat drastis akibat perkembangan teknologi digital, dan dipercepat oleh kondisi pandemi Covid-19. Dalam kondisi seperti itulah, peran etika dalam profesi akuntan menjadi semakin penting. Standar etika sangat penting untuk memenuhi mandat kepentingan publik, termasuk dalam mendukung upaya memerangi korupsi dan money laundering, hingga meningkatkan tata kelola perusahaan.
Alan juga meminta para generasi muda akuntan untuk semakin memperhatikan kondisi perubahan iklim yang terjadi. Menurutnya, sekitar 9 miliar orang akan mendiami planet ini pada tahun 2050, dan perubahan iklim akan memperburuk semua tantangan yang dihadapi.
“Sebagai akuntan profesional, kita harus memastikan bahwa kita memainkan peran kita dalam membuat ekonomi berkelanjutan. Profesi perlu membentuk agendanya untuk mendukung Sustainable Development Goals (SDGs),†ujarnya. “Kita harus bisa memberikan dampak optimal pada poin-poin SDG, terutama aspek pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidaksetaraan, konsumsi & produksi yang bertanggung jawab, aksi iklim, perdamaian, keadilan dan institusi yang kuat, dan kemitraan untuk tujuan,†Alan menambahkan.
Prof. Mardiasmo pada kesempatan itu memberikan apresiasi atas pencapaian IFAC khususnya dalam meningkatkan pengakuan dan kepercayaan atas peran akuntan profesional serta nilai yang mereka kontribusikan pada perekonomian global. Hal ini sejalan dengan beberapa poin dalam Prakarsa 6.1, yang menjadi cetak biru IAI dalam pengembangan profesi akuntan di Indonesia dalam periode 2018-2022.
Menyiapkan Etika dan Integritas Generasi Muda Akuntan
Anggota DPN IAI Rosita Uli Sinaga yang hadir mendampingi Alan Johnson dalam diskusi, menekankan bahwa kode etik adalah prinsip dasar yang harus dipatuhi para profesional di bidang akuntansi untuk selalu menjaga dan meningkatkan profesionalismenya, serta menjaga kepercayaan publik. Ia menghimbau generasi muda akuntan yang berminat bergabung dengan organisasi dan mendapatkan kredensial untuk menampilkan diri kepada publik sebagai Chartered Accountant (CA), selalu berupaya melindungi reputasi profesinya.
Berdasarkan data, Indonesia memiliki lebih dari 260.000 mahasiswa akuntansi dan lulusan setidaknya 30.000 lulusan akuntansi per tahun. “Untuk membangun karir yang baik, sekaligus membangun profesi yang kuat, mahasiswa akuntansi Indonesia sejak awal harus memegang teguh prinsip dan keyakinan tersebut dan mulai membangun rekam jejak sejak dini,†ujar Rosita.
IAI telah mengeluarkan Kode Etik Profesi dan Standar Profesi Akuntan yang harus ditaati oleh masing-masing akuntan anggotanya agar integritas dan profesionalitasnya selalu terjaga dengan baik. IAI menjaga kompetensi dan profesionalisme anggotanya melalui sertifikasi profesi dan pengembangan profesional berkelanjutan. CA Indonesia yang dibangun dengan tolok ukur dan praktik terbaik yang diterima global, telah menjadi identitas profesional akuntan Indonesia dan menjadi bukti akan kompetensi profesional akuntan di Indonesia.
“Karena itu, IAI APAFest yang diselenggarakan ini adalah awal yang baik bagi mahasiswa akuntansi untuk mulai terlibat dengan profesi sejak dini, dan melihat perkembangan profesi secara langsung serta terlibat dengan tokoh-tokoh profesional yang sukses untuk melihat pathway yang telah mereka bangun,†ujar Rosita. Pesan pamungkas disampaikan Rosita untuk para calon akuntan dan akuntan muda, agar mereka bisa menjadi anggota organisasi profesi IAI, untuk mendapatkan akses informasi keprofesian terkini.
Governance di Era Digital
Anggota DPN IAI Prof. Lindawati Gani menekankan pentingnya penerapan good governance dalam dunia digital. Good governance dapat dipahami sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan dengan menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua pemangku kepentingan. Kecepatan perkembangan platform digital yang terjadi di dunia yang memiliki skema bisnis sangat berbeda dengan perusahaan-perusahaan besar pada abad ke-20
Menurutnya, di era digital, peran akuntan menjadi sangat kritikal, tidak hanya sebagai penyusun laporan keuangan, pengelola dan pengawas risiko, maupun perannya sebagai internal dan eksternal auditor, tapi Akuntan Profesional di era digital juga dituntut sebagai value creator.
“Akuntan Profesional harus menjadi leader dalam penerapan good governance di setiap entitas. IAI dan akuntan sebagai agent of trust memiliki peran penting dalam mendorong penerapan governance yang baik ini pada era digital,†ujarnya.
Terkait dengan kualitas akuntan Indonesia, Linda menjelaskan jika pendidikan akuntansi di Indonesia tidak kalah dengan pendidikan akuntansi global karena kita mengacu pada standar global seperti diatur dalam IES. Berdasarkan data, Indonesia memiliki banyak Akuntan Profesional yang sangat kredibel dan bisa bersaing dengan akuntan manapun di dunia. Pemegang CA Indonesia telah menunjukkan track record-nya sebagai akuntan yang dapat diandalkan.
Namun diakui, disparitas kualitas SDM di Indonesia masih cukup besar. Karena itu IAI mengembangkan sertifikasi CA untuk menjawab tantangan global, dimana kualifikasinya sudah sesuai dengan International Education Standards (IES). Selanjutnya, dengan CA, akuntan Indonesia dapat bergabung sebagai ASEAN CPA, dan memiliki kualitas yang setara dengan akuntan regional ASEAN.
Pada kesempatan yang sama, sebagai bagian dari upaya IAI menyiapkan kontribusi optimal akuntan bagi perekonomian Indonesia, Direktur Eksekutif IAI Elly Zarni Husin mengajak agar mahasiswa akuntansi di Indonesia siap untuk menjadi Chartered Accountant (CA) Indonesia yang berintegritas, memiliki kompetensi yang mumpuni, dan siap menyongsong segala tantangan masa depan.
Tentang IAI
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan yang menaungi seluruh akuntan di Indonesia yang tersebar di 34 provinsi. IAI merupakan anggota dan pendiri International Federation of Accountants (IFAC) dan ASEAN Federation of Accountants (AFA), serta associate member Chartered Accountants Worldwide (CAW).
Untuk menjaga integritas dan profesionalisme akuntan Indonesia, IAI menerbitkan Kode Etik Akuntan Indonesia. Sebagai standard setter, IAI menyusun dan menetapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia.
Informasi lebih lanjut tentang IAI, kunjungi www.iaiglobal.or.id, atau email ke iai-info@iaiglobal.or.id. Terkait pandemi Covid-19, IAI telah mengeluarkan sejumlah guidance yang bisa diakses melalui http://iaiglobal.or.id/