Berita IAI

Tantangan Profesi Akuntan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional pasca Pandemi Covid-19

23 September 2020 - Siaran Pers


(Jakarta, 22-23 September 2020) - Pandemi Covid-19 yang dilanjutkan dengan sejumlah pembatasan, melahirkan konstruksi baru ekonomi nasional dan global. Pada saatnya, dunia akan memasuki fase new normal dan pemulihan ekonomi inklusif berkelanjutan. Banyak perubahan yang akan terjadi di berbagai bidang, mulai dari sektor makro, regulasi, dinamika industri, teknologi, geopolitik, hingga perubahan perilaku manusia.

Demikian disampaikan Menteri Riset dan Teknologi RI/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Prof. Bambang Brodjonegoro, ketika menjadi keynote speaker pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) ke-23, yang digelar secara virtual. SNA ini mengangkat topik “Peran Akuntan Pendidik dalam Mewujudkan Sustainable Development melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi”, diikuti oleh sekitar 600 akuntan pendidik dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. SNA ke-23 virtual ini menampilkan puluhan pakar dari dalam dan luar negeri, serta membuka sesi panel serta lebih dari 50 kelas paralel dan presentasi makalah dalam waktu 2 hari, pada 22-23 September 2020.

Prof. Bambang Brodjonegoro yang bergabung secara virtual, menyampaikan bahwa pendekatan multidisiplin yang melibatkan berbagai aktor sangat dibutuhkan dalam pemulihan ekonomi dan masyarakat melalui less contact economy dan berbagai program percepatan penanganan pandemi Covid-19. Dalam less contact economy, teknologi digital yang diterapkan dapat mendorong peluang tumbuhnya UKM yang menggerakkan ekonomi. Beberapa sektor potensial dengan dukungan teknologi diprediksi akan segera booming, seperti sektor fintech, e-commerce, urban planning (pengembangan sosial ekonomi daerah berbasis potensi unggulan daerah), energi, kesehatan dan manufakturing.

Menristek/BRIN menambahkan, dunia sedang berupaya menjadi tempat yang lebih baik. Pembangunan dunia yang pada tahap awal cenderung berfokus pada pembangunan ekonomi, dinilai telah gagal menghasilkan tujuan yang diinginkan berbagai negara, karena pembangunan ekonomi saja hanya akan berhasil untuk jangka pendek. Menurutnya, ada keterkaitan besar antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

“Sustainable Development Goals (SDGs) hadir karena belum berhasilnya pembangunan di berbagai negara sejak era 1950-an. Program Millenium Development Goals (MDGs) yang telah diinisiasi sebelumnya belum menjawab permasalahan dasar, terutama kemiskinan dan ketimpangan,” ujar Menristek/BRIN.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI, Prof. Mardiasmo menyampaikan, SNA adalah kegiatan tahunan Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) IAI dan merupakan pertemuan akbar akuntan di Indonesia. Biasanya pada kegiatan ini bertemu para peneliti, akademisi, praktisi, dan mahasiswa akuntansi untuk saling bertukar pengetahuan, pengalaman, penelitian dan menjalin bekerjasama. Hanya saja kali ini semua aktivitas itu diselenggarakan secara virtual.

Terkait dengan tema SNA ke-23 virtual, Prof. Mardiasmo mengatakan, SDGs yang merupakan konsep keberlanjutan yang diinisiasi PBB sejak tahun 2015 dengan 17 target ambisius yang akan diraih pada tahun 2030, memiliki target besar yakni mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan secara global. SDGs akan membantu mewujudkan peluang baru dan memungkinkan pasar lokal tumbuh, memperkuat ekonomi global secara keseluruhan, hingga meningkatkan intensitas perdagangan di seluruh dunia.

Prof. Mardiasmo menambahkan, teknologi Informasi sebagai tools telah melahirkan cara pandang baru dalam melihat informasi sebagai alat pengambil keputusan dan menjadikannya aset berharga untuk memastikan entitas tetap relevan dalam dinamika ekonomi global. Revolusi teknologi ini telah memicu terjadinya transformasi yang telah melahirkan realita baru. Cara kerja, metode pembelajaran, model bisnis, hingga sudut pandang tentang nilai-nilai telah berubah mengikuti platform digital ekonomi.

“Di tengah pandemi Covid-19 ini kita bisa melihat langsung, bagaimana teknologi telah menjadi kebutuhan primer di setiap aspek, sekaligus mengubah banyak sekali metode yang selama ini menjadi keseharian kita,” ujar mantan Wakil Menteri Keuangan itu ketika membuka acara SNA.

Menurutnya, tantangan dari perkembangan teknologi adalah bagaimana menjadikan platform baru ini bisa dilaksanakan secara efisien dan efektif, sekaligus memberikan hasil yang optimal. Pengalaman mengajarkan selalu ada sisi positif dan negatif dalam pemanfaatan teknologi. Selain memberikan kemudahan di berbagai aspek, teknologi juga dapat membawa ekses negatif. Karena itu penting untuk memastikan governance bisa diterapkan di tengah masifnya perkembangan teknologi dewasa ini.

Di sisi lain, akuntansi memiliki peran penting dalam membantu sektor bisnis dan perekonomian dalam memaksimalkan peluang. Akuntan profesional di era digital harus bisa menjadikan teknologi yang berkembang sebagai tools dan enabler dalam upaya mencapai tujuan mulia dari SDGs. “Aspek terpenting yang harus diperhatikan profesi ini di era revolusi industri adalah, bagaimana akuntan di dunia harus memiliki perspektif bahwa pada profesi kitalah disandarkan terbentuknya trust (kepercayaan) dan akuntabilitas yang tinggi dalam perekonomian digital,” ujar Prof. Mardiasmo.

Ia menambahkan, keberhasilan ini secara konsisten akan memiliki dampak penting dalam upaya mencapai sasaran SDGs. Akuntan profesional dapat memberi pengaruh luas dalam setiap usaha menuju sasaran pembangunan berkelanjutan, mulai dari mengembangkan program baru, manajemen risiko, hingga memberi bukti akan sebuah keberhasilan yang esensial. Ia menggaris bawahi, tugas utama akuntan dalam SDGs antara lain mendorong bisnis untuk memenuhi persyaratan SDGs melalui peningkatan kemampuan inovasi, menekankan pentingnya perilaku etis, fokus pada praktik terbaik dalam governance, dan membantu sektor bisnis dalam pelaporan keuangan mereka.

“Akuntan pendidik di seluruh Indonesia harus punya perspektif seperti ini sehingga bisa menghasilkan generasi muda akuntan yang potensial untuk menopang pembangunan berkelanjutan, serta mampu mengawal bangsa ini melewati berbagai krisis,” Prof. Mardiasmo menekankan.

 

Tentang IAI

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan yang menaungi seluruh akuntan di Indonesia yang tersebar di 34 provinsi. IAI merupakan anggota dan pendiri International Federation of Accountants (IFAC) dan ASEAN Federation of Accountants (AFA), serta associate member Chartered Accountants Worldwide (CAW).

Untuk menjaga integritas dan profesionalisme akuntan Indonesia, IAI menerbitkan Kode Etika Akuntan Indonesia. Sebagai standard setter, IAI menyusun dan menetapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia.

Informasi lebih lanjut tentang IAI, kunjungi www.iaiglobal.or.id, atau email ke iai-info@iaiglobal.or.id. Terkait pandemi Covid-19, IAI telah mengeluarkan sejumlah guidance yang bisa diakses melalui http://iaiglobal.or.id/v03/home


Lampiran :

Siaran Pers SNA 23 Virtual cut 1.docx