Navigate to:
04 Desember 2025 - Siaran Pers
Jakarta, 3 Desember 2025 – Di tengah pusaran ketegangan geopolitik, fragmentasi rantai pasok global, dan tekanan iklim, Indonesia bertekad untuk terus tumbuh didukung oleh fundamental makroekonomi yang solid, pertumbuhan yang stabil, dan peningkatan kesejahteraan. Visi besar Indonesia Emas 2045 kini mendapat peta jalan yang lebih terang, dengan kepercayaan (trust) sebagai fondasi dan profesi akuntan sebagai salah satu pilar utamanya. Hal ini mengemuka dalam pidato kunci Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, pada Seminar Internasional HUT ke-68 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) di Jakarta, Rabu (3/12).
Dalam pidatonya, Suahasil Nazara menegaskan visi jangka panjang Indonesia menuju Indonesia Emas 2045, dengan menekankan kebutuhan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi menjadi 6–8 persen per tahun guna keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle-income trap). "Kepercayaan terhadap kebijakan dan institusi tetap menjadi fondasi kritis saat Indonesia menghadapi perubahan global yang cepat, termasuk ketegangan geopolitik, realignment rantai nilai, risiko iklim, dan volatilitas pasar keuangan," ujarnya. Meski demikian, Indonesia memasuki tahun 2025 dengan fundamental makroekonomi yang solid, pertumbuhan yang stabil, dan kesejahteraan yang terus membaik. APBN 2026 dirancang untuk fleksibel dan adaptif, memprioritaskan ketahanan pangan dan energi, pengembangan modal manusia, serta program-program nasional berdampak tinggi untuk menjaga stabilitas dan membangun ketahanan ekonomi.
Lebih lanjut, Suahasil menekankan bahwa reformasi struktural, khususnya dalam modal manusia, infrastruktur, dan kepercayaan institusi, sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan memperkuat iklim investasi. Ia memaparkan strategi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dan inklusif, termasuk merevitalisasi sektor manufaktur, mempercepat deregulasi, dan memperdalam intermediasi sektor keuangan. Dengan target untuk secara signifikan memperluas kedalaman perbankan, dana pensiun, asuransi, dan pasar modal pada 2045, sektor keuangan diharapkan menjadi penggerak utama pertumbuhan di masa depan.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Menteri Keuangan juga menegaskan bahwa akuntan professional, baik di sektor publik maupun swasta, memainkan peran strategis dalam transparansi, kepercayaan investor, dan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Ia mendorong IAI untuk mengorkestrasi respons profesi terhadap tuntutan baru dalam pelaporan keberlanjutan, transformasi digital, dan tata kelola risiko. "Akuntan harus berevolusi menjadi penatakelola risiko keberlanjutan, inovator dalam manajemen sektor publik, dan penyedia informasi yang kredibel serta berguna bagi pengambilan keputusan," tegas Suahasil. Ia menyimpulkan dengan menempatkan IAI sebagai pilar integritas, profesionalisme, dan ketahanan nasional yang esensial dalam perjalanan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 yang sejahtera dan berkelanjutan.
Untuk mencapai lompatan itu, pemerintah tak hanya mengandalkan kebijakan moneter yang konvensional. APBN ditempatkan sebagai instrumen strategis yang multifungsi: sebagai shock absorber di kala krisis, motor penggerak investasi, dan jaring pengaman sekaligus pendorong pemerataan. APBN 2026, yang dirancang dengan defisit 2,68 persen dari PDB, menjadi bukti komitmen fiskal yang prudent namun tetap ekspansif. "APBN bukan lagi sekadar dokumen anggaran, melainkan kanvas strategis untuk membangun ketahanan dan menciptakan masa depan," imbuh Suahasil.
Di balik angka-angka makro itu, transformasi struktural menjadi nadi dari seluruh strategi. Pemerintah berupaya membenahi iklim investasi, menyederhanakan birokrasi, serta membangun infrastruktur yang mendukung mobilitas ekonomi. Sektor keuangan pun tak luput dari sorotan. Dengan target aset perbankan 200 persen dari PDB dan kapitalisasi pasar modal 120 persen dari PDB pada 2045, Indonesia sedang mempersiapkan sistem pembiayaan yang lebih dalam, likuid, dan inklusif.
Peran Strategis Akuntan
Pada kesempatan itu, Suahasil mengajak seluruh profesi akuntan untuk melakukan lompatan paradigma. "Era di mana akuntan hanya dikenal sebagai 'penjaga buku' sudah usai. Kini, saatnya mereka menjadi 'arsitek tata kelola' dan 'mitra strategis' pembangunan berkelanjutan," serunya. Hal ini sejalan dengan tren global di mana informasi non-finansial, seperti dampak lingkungan, penerapan ESG (Environmental, Social, and Governance), dan transisi energi, yang kini menjadi faktor penentu kredibilitas suatu institusi maupun negara.
Transformasi ini memerlukan kompetensi baru. Akuntan dituntut untuk mampu mengintegrasikan risiko iklim dan sosial ke dalam audit, memastikan transparansi laporan keberlanjutan, serta mendorong aliran modal ke proyek-proyek hijau dan inklusif. Di sektor publik, akuntan pemerintah diharapkan menjadi agen inovasi, memanfaatkan teknologi digital dan analitik data untuk meningkatkan akuntabilitas anggaran dan efektivitas program.
Kolaborasi antara pemerintah dan organisasi profesi seperti IAI pun dinilai kian penting. "Kami tidak bisa bekerja sendiri. Dari penyusunan standar akuntansi pemerintah hingga penyiapan SDM akuntan yang melek teknologi dan ESG, sinergi ini adalah kunci," ujar Suahasil. IAI diharapkan mampu menjadi simpul yang menghubungkan regulasi, praktik terbaik, dan kebutuhan pasar, sekaligus menyiapkan generasi akuntan yang siap menghadapi kompleksitas ekonomi masa depan.
Jalan menuju Indonesia Emas 2045 memang masih panjang dan berliku. Tetapi, dengan kebijakan fiskal yang responsif, reformasi yang konsisten, serta dukungan dari profesi akuntan yang bertransformasi, Indonesia bukan hanya berpeluang tumbuh tinggi, melainkan juga tumbuh dengan kualitas, lebih tangguh, adil, dan berkelanjutan. Pada akhirnya, pembangunan ekonomi bukanlah soal angka semata, melainkan tentang membangun kepercayaan yang berbuah pada kesejahteraan nyata bagi seluruh rakyat.
Tentang IAI
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan yang menaungi seluruh akuntan di Indonesia yang tersebar di 34 provinsi. IAI merupakan anggota dan pendiri International Federation of Accountants (IFAC) dan ASEAN Federation of Accountants (AFA), serta associate member Chartered Accountants Worldwide (CAW).
Untuk menjaga integritas dan profesionalisme akuntan Indonesia, IAI menerbitkan Kode Etik Akuntan Indonesia. Sebagai standard setter, IAI menyusun dan menetapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia.
Informasi lebih lanjut tentang IAI, kunjungi www.iaiglobal.or.id, atau email ke iai-info@iaiglobal.or.id
WA Official IAI: +628 111 055 141