Berita IAI

Webinar KAPd IAI - Urgensi Link ‘n’ Match Dunia Pendidikan, Industri, dan Profesi dalam Peningkatan Kualitas SDM Indonesia.

05 Agustus 2020 - Siaran Pers


Era normal baru dan perubahan masif revolusi industri, telah memaksa pendidikan tinggi untuk beradaptasi dalam pembelajaran, termasuk di bidang akuntansi dan keuangan. Pendidikan berbasis hasil (q/OBE) dinilai sebagai langkah ideal dalam dinamika pendidikan terkini, karena memang berorientasi pada hasil, kemampuan, dan penciptaan perilaku yang baik dari lulusan pendidikan tinggi. Dalam kapasitas ini, keterkaitan atau link & match antara dunia pendidikan, industri, dan profesi, menjadi penting untuk menentukan strategi pengembangan SDM akuntansi dan keuangan yang sesuai kebutuhan dunia usaha. 

Demikian dikatakan Ketua Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (DPN IAI), Prof. Mardiasmo, ketika membuka Workshop Series Kurikulum OBE: Pengembangan Berbasis Misi dan Capaian Pembelajaran. Workshop yang diselenggarakan dalam rangka membangun kapasitas SDM Indonesia, khususnya di bidang akuntansi dan keuangan, merupakan kerjasama Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) IAI, Universitas Airlangga, dan Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (AFEBI), diselenggarakan secara serial mulai akhir Juli hingga pertengahan Agustus 2020.

Prof. Mardiasmo menekankan keterlibatan asosiasi profesi dan industri dalam proses pengembangan kompetensi SDM, harus dioptimalkan karena tren atau dinamika lingkungan berubah sangat cepat, sementara kurikulum belum menyesuaikan. “IAI sendiri telah memiliki program IAI Affiliated Campus, yang merupakan program kerjasama profesi dengan perguruan tinggi, yang memberikan value antara lain pengembangan kurikulum dan silabus akuntansi, serta capacity building bagi civitas academica,” ujar Prof. Mardiasmo yang kini menjadi Ketua Komisi Pengawas Perpajakan Kementerian Keuangan RI.

Mantan Wamenkeu itu menambahkan, aktivitas KAPd IAI ini dapat dimaknai sebagai tindaklanjut profesi atas arahan Presiden RI pada Sidang Paripurna MPR RI, terkait lima fokus pembangunan tahun 2020-2024 yang terdiri dari: Pembangunan SDM, Pembangunan Infrastruktur, Penyederhanaan Regulasi, Penyederhanaan Birokrasi, dan Transformasi Ekonomi. Selain itu, ketika menerima delegasi IAI di Istana Negara pada pembukaan Kongres IAI ke-13, Presiden meminta akuntan bisa mengurai complexity menjadi clarity, dalam rangka memberikan kontribusi untuk mewujudkan prosperous society.

IAI sendiri telah memberikan respon atas harapan presiden, dengan menginisiasi Prakarsa 6.1: Menguasai Perubahan Menyiapkan Masa Depan. Prakarsa 6.1 merupakan program strategis DPN IAI periode 2018-2022 untuk memastikan profesi ini mampu melewati tantangan dan meraih sukses di masa depan. “Di dalamnya terdapat Prakarsa 2, yaitu IAI berupaya menyesuaikan kurikulum pendidikan akuntansi dan pendidikan profesi yang mengakomodir perkembangan teknologi dan disrupsi bisnis,” jelas Ketua DPN IAI.

Prakarsa 2 mengamanatkan IAI untuk mengembangkan pendidikan akuntansi dan profesi yang mengakomodir teknologi bisnis, serta meningkatkan peran inklusif akuntan pendidik melalui riset akuntansi, keuangan dan bisnis. Terkait hal itu pula, IAI bersama ISEI dan AFEBI telah memprakarsai terbentuknya Lembaga Akreditasi Mandiri Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi (LAMEMBA).

Adaptabilitas SDM Akuntan dan Keuangan

Pada kesempatan itu, Prof. Mardiasmo mengingatkan jika produk dan layanan yang dihasilkan revolusi industri, seperti hadirnya artificial intelligence, e-commerce, big data, fintech, block chain dan crypto currency, pasti akan mengubah pendekatan akuntansi dan mentranformasi menjadi digital accounting. “Para akuntan harus bersiap dengan perubahan ini. Akuntan di masa kini dan di masa depan harus menguasai big data, proses-proses otomasi, cloud computing, dan mampu menjalankan proses secara real time,” ujarnya.

Karena itu, tranformasi ini akan membawa evolusi profesi akuntan dan membekalinya dengan berbagai skills masa depan yang dapat diandalkan. Mulai dari keterampilan teknis dan etika, dipadu dengan pengalaman, kematangan inteligensi dan kreativitas, dilengkapi kemampuan menguasai artefak digital, serta disempurnakan dengan aspek pengendalian emosi yang baik dan visi yang jernih, akan menjadi bekal unggul akuntan di masa depan.

Prof. Mardiasmo mengatakan, dalam dinamika hari ini, kemampuan memecahkan masalah, kognitif, dan sosial, akan menjadi semakin penting. Sebaliknya keterampilan fisik justru akan semakin berkurang. Ini juga berdampak dalam setiap proses dan aktivitas profesi akuntan.

Diakui atau tidak, pandemi Covid-19 telah mendorong terjadinya perubahan struktural yang sangat cepat, baik di pendidikan maupun dunia kerja. Beberapa hal yang telah berubah seperti pembelajaran jarak jauh, percepatan transformasi digital di semua industri, hingga tekanan untuk memperbaharui keterampilan.

Pada kesempatan yang sama, Ketua KAPd IAI Prof. Dian Agustia memaparkan adanya evolusi akan keterampilan SDM di masa kini. Di era digital, kemampuan untuk memecahkan masalah yang baru dan belum diketahui solusinya di dalam dunia nyata (complex problem solving), menjadi kebutuhan tertinggi, mencapai porsi 36% dari total keseluruhan. Sementara social skills atau kemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi, mentoring, kepekaan dalam memberikan bantuan hingga emotional intelligence dibutuhkan sebesar  19%. 

Process skills yang terdiri  dari active listening, logical thinking, dan monitoring self and the others dibutuhkan sebesar 18%, dan system skills atau kemampuan untuk dapat melakukan judgement dan keputusan dengan pertimbangan cost-benefit serta kemampuan untuk mengetahui bagaimana sebuah sistem dibuat dan dijalankan, dibutuhkan pada tingkat 17%. Sebaliknya, hanya 12% kebutuhan atas technical skills, yang berarti bahwa kemampuan tradisional di bidang akuntansi dan keuangan kini tidak lagi cukup sebagai satu-satunya senjata untuk memenangkan persaingan di era digital.

“Akuntan harus beradaptasi dengan kondisi ini, dan pendidikan tinggi harus berevolusi untuk menyiapkan SDM yang relevan dengan kebutuhan industri,” pungkas Guru Besar Akuntansi FEB Universitas Airlangga itu.

Tentang IAI

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan yang menaungi seluruh akuntan di Indonesia yang tersebar di 34 provinsi. IAI merupakan anggota dan pendiri International Federation of Accountants (IFAC) dan ASEAN Federation of Accountants (AFA), serta associate member Chartered Accountants Worldwide (CAW). 

Untuk menjaga integritas dan profesionalisme akuntan Indonesia, IAI menerbitkan Kode Etika Akuntan Indonesia. Sebagai standard setter, IAI menyusun dan menetapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia.

Informasi lebih lanjut tentang IAI, kunjungi www.iaiglobal.or.id, atau email ke iai-info@iaiglobal.or.id. Terkait pandemi Covid-19, IAI telah mengeluarkan sejumlah guidance yang bisa diakses melalui http://iaiglobal.or.id/